Halaman

Kamis, 31 Mei 2012

Tugas Fistan- Respirasi pada Tumbuhan


disusun oleh: Akhmad Bustamil
            Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih dari sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O, Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. (Salisbury & Ross, 1995).
            Jika gula heksosa diambil sebagai bahan bakar dan pembakaran iu memerluka oksigen bebas, maka reaksi keseluruhannya dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2  ------------>   6 CO2 + 6 H2O + energi *
*) sebagian besar energi yang dilepas selama respirasi kira-kira 2870 kJ atau 686 kcal. Sumber lain mengatakan 675 kal.(Dwidjoseputro,1994)

 
            Bahwa energi yang terlepas dari proses respirasi itu jumlahnya sangat banyak. Hal ini dapat dibuktikan dengan memanasi (bukan membakar) gula sampai pada titik mulai terbakarnya. Panas yang disebabkan oleh respirasi adalah bentuk lain dari energi. Didalam makhluk hidup terjadi pembakaran gula dan macam-macam zat organik lainnya, akan tetapi pembakaran tersebut tidak membutuhka energi melankan dengan pertolongan enzim-enzim dan pada suatu temperature tertentu. Sebagian energi selai panas juga dibutuhkan untuk melangsungkan proses-proses pembentukan zat organik, osmosis, penimbunan garam-garam dan aktivitas lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi pada tumbuhan
            Berikut adalah penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi pada tumbuhan:
§      Ketesediaan Substrat
            Respirasi bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang kelaparan, yang kandungan pati, fruktan atau gulanya rendah akan melakukan respirasi pada laju yang rendah. Tumbuhan akan melakukan laju respirasi lebih cepat apabila gula tersedia. Bahkan laju respirasi daun akan cepat setelah matahari tenggelam yaitu saat kandungan gula tinggi, dibandingkan ketika matahari terbit yaitu saat kandungan gula rendah. Apabila kekurangan substrat semakin banyak maka protein pun dapat direspirasikan. Pertama protein dihidrolisis menjadi sub-unit asam aminonya, kemudian dirombak oleh reaksi glikolisis dan daur krebs. Dalam daur krebs asam glutamat dan aspartat diubah menjadi asam a-ketoglutarat dan oksaloasetat. Serupa dengan itu, asam amino alanin dioksidasi melalui asam piruvat. Pada saat daun berangsur kering dan kuning, sebagian besar protein dan senyawa lainnya di kloroplas dirombak. Selama proses ini, ion ammonium yang dilepas dari berbagai asam amino bergabung dalam glutamine dan asparagin(gugus amida) dan hal ini mencegah keracunan ammonium.
§      Ketersediaan oksigen (O2)
            Pada umumya, jika konsenstrasi oksigen didalam udara menyimpang sedikit dari 20%, tidak tampaklah pengaruhnya kepada respirasi. Karena oksigen berfungsi sebagai terminal penerimaan elektron pada daur Krebs, maka bila konsentrasinya rendah respirasi aerob dan anaerob dapat berlangsung bersamaan. Bila oksigen kadarnya dinaikkan maka respirasi aerob akan berjalan lebih cepat, sedang respirasi anaerob akan terhenti. Peristiwa ini disebut efek Pasteur. Pengaruh oksigen terhadap respirasi tidak sama untuk spesies tumbuhan berbeda, akan  berbeda untuk organ -organ yang berbeda pada tumbuhan yang sama. Misalnya batang dan akar karena afinitas sitokrom oksidase pada mitokondria organ tersebut terhadap oksigen tinggi, mereka dapat mempertahankan laju respirasi pada konsentrasi oksigen sekitar 0,05 % dari yang terdapat di udara bebas. Pada asparagus, bayam, wortel dan tanaman lainnya tampak ada kurang giatnya respirasi, bila konsentrasi dalam udara ada dibawah normal.
§      Konsentrasi karbondioksida (CO2)
            Penyimpangan yang  tidak terlalu banyak dari konsentrasi yang normal tidak mempunyai efek atas kegiatan respirasi. Pada percobaan kecambah biji sawi ada kelembikan respirasi, apabila konsentrasi CO2 meningkat. Pada umbi kentang sebaliknya, respirasi bertambh giat, apabila konsentrasi CO2 naik sampai 60%. Efek itu akan berbeda, jika umbi tersebut hanya sebentar pada konsentrasi CO2 dalam kadar 60%.
            Jika konsentrasi CO2 naik sampai 10% dan konsentrasi CO2 turun sampai 0%, hal itu sering terjadi didalam tanah yang buruk ventilasinya, maka respirasi pun akan terhenti dan dapat menimbulkan akibat pada tanaman. Jadi, jika meningkatnya konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat menghambat terjadinya respirasi. Karena konsentrasi karbondioksida yang tinggi menyebabkan menutupnya stoma sehingga proses pertukaran gas menjadi terbatas (kurang cepat). Hal ini mengakibatkan pada penurunan laju respirasi.
§      Temperatur
            Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan respirasi. Pada suhu 0° C laju respirasi sangatlah rendah, sedangkan pada suhu 30° C sampai 40° C laju respirasi terjadi secara capat atau giat. Akan tetapi, kalau temperatur terus menerus diatas 30° C ,maka kegiatan respirasi itu terjadi hanya sebentar saja. Kemudian kegiatan respirasi akan berkurang sekitar 2 sampai 3 jam.  Pada peningkatan suhu sampai 40° C atau lebih, laju respirasi akan menurun , khususnya bila tumbuhan pada waktu yang terlalu lama. Oleh sebab itu, enzim yang diperlikan mulai mengalami denaturasi dengan cepat paada suhu tinggi, mencegah peningkatan metabolik yang semestinya  terjadi. Misalnya pada kecambah kacang kapri, peningkaan suhu dari 25 sampai 40° C mula-mula meningkatkan respiasi dengan cepat, tapi setelah 2 jam lajunya mulai berkurang. Hal ini karena waktu 2 jam sudah terlalu lama untuk merusak sebagian enzim respirasi.
§      Cahaya
            Pada dasarnya sinar akan mempercepat proses fotosintesis, kemudian fotosintesis akan menambah substrat, sedangkan penambahan substrat akan mempercepat proses laju respirasi, jika faktor-faktor lainnya tidak mengganggu. Selain itu juga cahaya dapat menimbulkan efek tambahan berupa panas, sedang panas itu sendiri akan mempercepat proses respirasi.
§      Kadar garam
            Jaringan atau tumbuhan yang dipindahkan dari air ke larutan garam akan menunjukkan kenaikan respirasi. Respirasi di atas normal semacam ini disebut respirasi garam.
§      Stimulasi mekanik
            Daun yang digoyang -goyang  menunjukkan kenaikan respirasi. Akan tetapi, kalau ini dilakukan berulang-ulang reaksinya menurun. Kanaikan respirasi ini mungkin disebabkan oleh efek pemompaan.
§      Luka
            Jika suatu jaringan itu terluka, maka respirasi akan bertambah cepat sebagai manifestasi dari aktivitas sel-sel parenkim yang berusaha untuk menutup luka tersebut. Apabila kita membelah umbi kentang, maka CO2 yang terlepas akan lebih banyak daripada umbih kentang yang masih utuh. Sekitar daerah luka akan lebih banyak gula daripada di daerah yang jauh dari luka. Dengan adanya gula yang lebih banyak itu, maka respirasi yang terjadi kan lebih cepat.
§      Jenis dan umur tumbuhan
            Masing-masing spesies tumbuhan  memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang  tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Hal ini logis, karena respirasi merupakan penghasil energi untuk pertumbuhan dan aktivitas dalam sel.
            Pada perkembangan buah muda, laju respirasi tinggi. Kemudian berangsur menurun sesuai tingkat kematangannya. Namun dalam banyak spesies (misal :apel) menurunnya secara berangsur-angsur respirasi aerob, diikuti dengan meningkatnya respirasi anaerob, yang disebut klimakterik. Klimakterik biasanya bertepatan dengan masaknya dan timbulnya flavor (aroma) buah tersebut. Buah jenis ini dapat tahan lama setelah dipetik. Beberapa buah seperti jeruk, anggur dan nanas tidak menunjukkan klimakterik. Sehingga jenis buah ini tidak tahan disimpan.
§      Tersedianya air
            Kita ketahui, bahwa biji yang yang akan kita simpan harus kita keringkan terlebih dahulu. Selama dalam keadaan kering respirasi akan berjalan minimal. Akan tetapi, setelah biji diberi kesempatan untuk menghisap air, barulah kegiatan respirasi mulai tampak. Hal  ini telah dibuktikan dengan eksperimen oleh Bailery dan Gurjar.  Air dalam jumlah banyak dapat menyebabkan penurunan laju respirasi. Hal ini karena air merupakan medium tempat terjadinya reaksi respirasi.

Daftar Pustaka

Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 232 hal.
Salisbury, F.B dan C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. Penerbit ITB. Bandung. 173 hal.
Safitri, M. 2010. Pengaruh suhu terhadap kecepatan laju respirasi.  http://merinasafitri-knowledge.blogspot.com/2010/12/pengaruh-suhu-terhadap-kecepatan.html. diakses tanggal 8 Mei 2012
Anonim. 2012. Pengaruh suhu terhadap kecepatan laju respirasi http://essysyalala.blogspot.com/2012/04/pengaruh-suhu-terhadap-kecepatan.html. diakses tanggal 8 Mei 2012
Anonim. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi. file:///F:/faktor%20respirasi.html. Diakses tanggal 8 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar