Disusun oleh : Akhmad Bustamil
KARBOHIDRAT
Karbohidrat
adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama
sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada
tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada
tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan
hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Secara
biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton,
atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat
mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus
hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa
yang mempunyai rumus (CH2O)n,
yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul
air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus
demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.
Bentuk
molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana
yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak
karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai
menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut
polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan
polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan
oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
B.
Siklus Krebs
Siklus
Krebs adalah tahapan selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah
reaksi antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk
asam sitrat. Siklus Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat, karena
menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A
dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat.
Pertama-tama,
asetil ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam
siklus dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat.
Setelah “mengantar” asetil masuk ke dalam siklus Krebs, ko-A memisahkan diri
dari asetil dan keluar dari siklus. Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan
dan penambahan satu molekul air sehingga terbentuk asam isositrat.
Lalu, asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H+, yang kemudian
mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO2 dan membentuk asam
a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat).
Setelah itu, asam a-ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul CO2, dan
teroksidasi dengan melepaskan satu ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi
NADH. Selain itu, asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu ko-A dan
membentuk suksinil ko-A. Setelah terbentuk suksinil ko-A,
molekul ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga terbentuk asam
suksinat. Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A menjadi asam
suksinat menghasilkan cukup energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan
satu gugus fosfat anorganik menjadi satu molekul ATP.
Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua ion H+, yang
kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH2, dan terbentuklah asam
fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan
menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat, karena itu
asam fumarat berubah menjadi asam malat. Terakhir, asam malat
mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H+, yang kemudian diterima
oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat kembali
terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil ko-A dan
kembali menjalani siklus Krebs.
Dari
siklus Krebs ini, dari setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP,
6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2.
Selanjutnya, molekul NADH dan FADH2 yang terbentuk akan menjalani rangkaian
terakhir respirasi aerob, yaitu rantai transpor elektron.
Berikut
tahapan reaksi dalam siklus krebs :
Tahap 1
Pertama-tama asetil ko-A bereaksi
dengan oksaloasetat dan menjadi sitrat dengan melibatkan enzim sitrat sintase,
reaksi berlangsung dengan terjadinya kondensasi asetil ko-A dengan oksaloasetat dan membentuk sitril ko-A, kemudain
sitril ko-A dihidrolisis menjadi sitrat dan ko-A.
Tahap 2
Tahap
kedua, sitrat menjadi cis-sitrat dengan melibatkan enzim aconitase, yaitu
dengan menghidrolisis sitrat yang merupakan isomer dari isositrat dan
menghasilkan cis-asositat sebagai intermedietnya.
Tahap 3
Tahap
ketiga, cis-aconitate menjadi isositrat, dalam reaksi ini juga melibatkan enzim
aconitase dengan saling menukarkan atom H dengan gugus OH dari tahap kedua di
atas.
Tahap 4
Tahap
keempat, terjadinya reaksi isositrat menjadi α-ketoglutarat dengan
melibatkan enzim isositrat
dehidrogenase, melalui proses dekarboksilasi oksidatif dari isositrat menjadi
oksalosuksinat sebagai intermedietnya. Lalu CO2 meninggalkan oksalosuksinat
yang kemudian berubah menjadi α-ketoglutarat. Reaksi ini menghasilkan NADH.
Tahap 5
Tahap
kelima, α-ketoglutarat menjadi suksinil ko-A dengan melibatkan enzim
α-ketoglutarat dehidrogenase. Reaksi ini hampir sama dengan reaksi
dekarboksilasi oksidatif dari piruvat menjadi asetil ko-A oleh kompleks piruvat dehidrogenase. Reaksi ini
menghasilkan 1 NADH.
Tahap 6
Tahap
keenam, suksinil ko-A menjadi suksinat yang melibatkan enzim suksinil ko-A
sintase, dengan reaksi fosforilasi ikatan thioester dari suksinil dan ko-A yang
banyak energinya. Langkah ini merupakan
satu-satunya yang memberikan energi tinggi. GTP dihasilkan oleh beberapa reaksi
thioester dan fosforilasi dari GDP.
Tahap 7
Tahap ketujuh,
suksinat menjadi fumarat dengan melibatkan enzim suksinat dehidrogenase dengan
reaksi oksidasi dua atom
hidrogen dari suksinat
terlepas menuju penerima, FAD. Lalu reaksi ini menghasilkan fumarat dan
FADH2.
Tahap 8
Tahap
kedelapan, fumarat menjadi L-malat dengan melibatkan enzim L-malase, dimana
pada masuknya H2O ke dalam fumarat yang kemudian menghasilkan L-malat.
Tahap 9
Tahap kesembilan, L-malat menjadi oksaloasetat
dimana pada reaksi ini terjadi oksidasi
malet yang dihidrogenasi menjadi bentuk oksaloasetat dengan akseptor
NAD. Reaksi ini melibatkan enzim malat dehidrogenase dan menghasilkan NADH2.
Tahap 10
Tahap
terakhir, reaksi oksaloasetat dengan asetil ko-A menjadi sitrat dengan
melibatkan enzim sitrat sintase melalui reaksi kondensasi oksaloasetat dengan
asetil ko-A menjadi sitril ko-A. Lalu sitril ko-A dihidrolisis lagi menjadi
sitrat dan ko-A. kemudian setelah siklus krebs ini sudah pada tahap terakir, makasklus ini akan terulang kembali dan
menghasilkan energi.
C.
Protein
Proses Fiksasi Nitrogen oleh
Bintil Akar
Untuk memahami
proses fiksasi nitrogen (N) oleh bintil akar, perlu diketahui mengenai bintil
akar itu sendiri terlebih dahulu.
- Bintil Akar
Bintil akar
adalah organ simbiosis yang mampu melakukan fiksasi N dari udara sehingga mampu
memenuhi kebutuhan N dari hasil fiksasi tersebut. Seringkali bintil akar
terdapat pada tanaman legum yang tumbuh pada tanah berpasir yang kurang subur
seperti tanah jenis PMK. Bintil akar tidak selalu tumbuh di pangkal akar,
ada juga yang tumbuh di ujung-ujung akar. Bakteri yang dapat membentuk bintil
akar adalah Rhizibium dan Brodyrhizobium.
v
Rhizobium
: Lebih banyak membentuk
bintil akar pada tanaman kacang-kacangan di daerah beriklim sedang.
v
Brodyrhizobium : Membentuk bintil akar pada tanaman
kacang-kacangan pada iklim tropis.
- Tahap Pembentukan Bintil Akar
Umur Bintil (Hari)
|
Tahap Nodulasi
|
0
|
Bakteri masuk ke daalm rambut
akar/sel epidermis
|
1-2
|
Benang infeksi mencapai dasar
sel epidermis dan memasuki korteks
|
3-4
|
Suatu massa kecil sel-sel
terinfeksi dalam premordium bintil
|
5
|
Pembagian pesat dari sel-sel
bakteri dan sel-sel inang
|
7-9
|
Bintil mulai Nampak
|
12-18
|
Pertumbuhan lanjut dari bintil
menjadi jaringan bakteroid merah muda, multi terjadi fiksasi N
|
23
|
Bintil berlanjut menjadi
periode aktif fiksasi N
|
28-37
|
Bintil mencapai besar maksimal
dan fiksasi N berlanjut
|
50-60
|
Pelapukan bintil
|
- Mekanisme Penambatan Nitrogen oleh bakteri bintil akar :
Untuk menambat
nitrogen, bakteri ini menggunakan enzim nitrogenase, dimana enzim ini akan
menambat gas nitrogen di udara dan merubahnya menjadi gas amoniak. Gen
yang mengatur proses penambatan ini adalah gen nif (Singkatan nitrogen
– fixation). Gen – gen nif ini berbentuk suatu rantai , tidak
terpencar kedalam sejumlah DNA yang sangat besar yang menyusun kromosom
bakteri, tetapi semuanya terkelompok dalam suatu daerah. Hal ini
memudahkan untuk memotong bagian untaian DNA yang sesuai dari kromoson Rhizobium
dan menyisipkanya ke dalam mikroorganisme lain (Prentis, 1984). Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberadaan bakteri bintil akar:
v Lenoglobin
Aktifitas
nitrogenase dan fikasasi N2 oleh legume berhubungan erat dengan Lenoglobin.
Fungsi Lenoglobin diduga untuk mengirim O2 bagi respirasi dalma bintil dan
produksi ATP.
v Sumber makanan (BO dan perakaran)
Sumber makanan
diperlukan untuk bertahan sambil menginfeksi akar
v Mikroorganisme lain (sbg kompetitor di rizosfir)
Mikroorganisme
lain,terutama yang antagonis, dapat menghalangi bakteri bintil akar untuk
menginfeksi akar.
v pH
Pertumbuhan
bakteri menghendaki pH optimal sedikit dibawah netral, sedikit alkali. Namun
beberapa dapat hidup dibawah pH 5. pH sangat rendah menghambat proses infeksi
bakteri.
v Suhu
Suhu optimal
bagi kehidupan bakteri Rhizobium bervariasi tergantung pada spesies tanaman dan
iklim. Misal pada kacang kapri, suhu optimal yang dikehendaki adalah 26 C. Pada
suhu 20 C bintil akar tidak dapat tumbuh dengan baik. Namun, simbiosis masih
tetap efektif pada suhu 7 C sampai 40 C. Pemanasan selama 5’ pada suhu 60
C sampai 62 C dapat mematikan Rhizobium.
v Kelembaban
Kelembaban yang
berlebihan akan menurunkan jumlah fiksasi N2 menurun.
Kelembaban tanah 25-75% dari kapasitas lapang optimal untuk simbiosis kedelai
dan alfalfa.
v Senyawa racun
- Atom N dalam ion NH4+ dan dan NO3- mengurangi bintil akar dan fiksasi N2 oleh bintil akar dengan cara mengganggu pembentukan benang – benang infeksi oleh Rhizobium.
- Mn pada kadar tinggi mengganggu pertumbuhan bintil akar.
v Ketersediaan nutrisi
- Atom P diperlukan untuk pembentukan dan aktifitas bintil yang maksimal.
- Ca dibutuhkan oleh Rhizobium untuk meginfeksi akar.
- Kekurangan S akan mengganggu sitesis nitrogenase sehingga kekurangan S menurunkan fiksasi N2.
- Mo adalah unsure penting bagi pertumbuhan bakteri karena Mo berperan pada nitrogenase.
Daftar pustaka
Febrizky,
Winata H,dan Rahman M. 2009. Glikolisis dan siklus krebs. http://scribd.com/mobile diakses 19 April 2012
Anonim.2012.
fiksasi nitrogen. file:///F:/assignments/fistan/tugas%20dari%20bu%20indira/Proses%20Fiksasi%20Nitrogen%20oleh%20Bintil%20Akar%20%C2%AB%20Jendela%20Pertanian.htm
diakses
19 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar