Halaman

Kamis, 31 Mei 2012

Teknologi Bahan Tanam-benih


disusun oleh: Akhmad Bustamil

A.    Pengeringan Benih
Benih yang baru diambil biasanya masih mengandung kadar air yang masih tinggi (masak fisiologis). Pengeringan benih dilakukan selain untuk membatasi respirasi dan timbulnya “hot spot” selama penyimpanan (tempat-tempat panas dalam massa benih), dan mencegah serangan mikroorganisme, juga untuk alasan-alasan lain seperti:
a.       Beberapa jenis benih mengalami kerusakan mekanis selama penanganan (handling), prosessing, dan pembersihan bila kadar airnya tingggi,
b.      Bila pada benih dilakukan fumigasi pada kadar air yang tinggi akan membahayakan benih,
c.       Benih yang lembab mudah menggumpal, ini dapat menyulitkan pemakaian mesin prosessing.
Dasar pengeringan benih ialah evaporasi dari air. Benih itu material yang higroskopis, dengan struktur yang kompleks dan heterogen.  Air merupakan bagian yang fundamental, didapatkan di mana-mana dalam benih. Karena higroskopis kadar airnya tergantung pada lembab nisbi dan suhu udara.  Faktor yang sangat menentukan dalam hal ini ialah tekanan uap dalam benih dan dalam udara sekeliling (Harrington, 1972). 


Dalam hal ini, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan benih yatu:
1.      Perpindahan uap air dari dalam benih ke permukaan benih, yang ditentukan oleh suhu benih, struktur fisik, komposisi kimiawi dan permeability.
2.      Perpindahan uap air dari permukaan benih ke udara sekeliling, yang dipengaruhi oleh Kelembapan Relatif (RH) dari temperature pengering. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan secara buatan.
®  Pengeringan Benih Secara Alami 
Pengeringan secara alami dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      penjemuran dibawah sinar matahari ( sun drying)
cara pengeringan benih dengan cara menggunakan bantuan sinar matahari. Hal itu dapat dilakukan dengan 2 cara yatu: penghamparan diatas lantai bersemen dan penghamparan diatas tanah.
2.      ventilasi secara alami (ventilation drying)
cara pengeringan benih dengan angin atau pergantian udara (diangin-anginkan). Cara seperti ini biasanya dilakukan apabila cuaca tidak mendukng misal mendung atau bisa juga belum tersedianya tempat-tempat yang baik untuk pengeringan benih.

®  Pengeringan Benih Secara Buatan
Bila jumlah benih yang harus dikeringkan banyak atau cuaca buruk, pengeringan secara alami sukar untuk dilaksanakan.  Dalam hal ini pengeringan harus dilakukan secara buatan. Banyak cara dan sistem, tetapi kesemuanya harus menyesuaikan pada kegunaan-kegunaan tertentu, seperti:
1)      Cara pengeringan ini harus dapat  mengeringkan pada kecepatan yang telah
ditentukan,
2)      Tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca,
3)      Tidak mempengaruhi tujuan dari pemakaian benih. Misalnya, untuk benih yang akan ditanam, tidak mengurangi daya tumbuh, merubah warna maupun bau.
Pengeringan buatan dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu dengan suhu rendah, sedang, dan tinggi:
a)      Alat pengering dengan suhu rendah
b)      Alat pengering dengan suhu sedang
c)      Alat pengering dengan suhu tinggi
B.     Prosesing Benih
Prinsip dari prosesing benih yaitu meningkatkan prosesing dengan menghilangkan benih dari varietas lain dan benda lain dari jenis yang sama,memilah benih dan memperlakukan benih dengan zat kimia. Tujuan utamanya yaitu memilih benih yang murni dengan prosentasi kemurnian yang tinggi. Maksudnya benih tidak tercampur dengan jenis yang berbeda. Tindakan yang dilakukan dalm prosesing benih yaitu:
v  Membersihkan benih (cleaning)
Ada dua cara yaitu dengan manual dan dengan mesin. Jika manual dengan menggunakan penampi kana tetapi masih banyak kelemahan dibandingkan dengan mesin. Misalnya scalfing, hulling, dan shelling.
v  Memilah benih
Tujuan memilah benih yaitu menghilangkan biji herba dan benih dengan ukuran lebih pendek,meghilangkan benih yang lebih panjang, mewujudkan besar benih yang sama(seragam).
v  Perlakuan terhadap benih
Tujuannya untuk mempermudah, mempercepat, memperbaiki perkecambahan, memperbaiki kenampakan di lapangan, dan menaikan hasil.
C.    Penyimpanan dan Pengemasan  Benih
Ø  Penyimpanan benih
Sejak masak fisiologis sampai ditanam benih akan mengalami penyimpanan baik pada tanaman, misalnya digudang. Selama peyimpana benih akan mengalami penuaan dan  kemunduran (deterioration).
Tujuan utama peyimpanan benih ialah untuk memprtahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mugkin. Maksud penyimpanan benih ini adalah agar benh dapat ditanam  pada musim yang sama dilain tahun, pada musim yang berlaiana dalam tahun yang sama atau bisa juga untuk pelestarian bemih dari suatu jenis tanaman.
Faktor yang dapat mempengaruhi terhadap umur simpan benih adalah
a)      Kadar air benih
Saat panen benih (masak fisiologis) kadar air benih mencapai 16-20% diturunkan sampai 4-5% (optimum) sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama tanpa mengalami penurunan viabilitas benih. Jika semakin tinggi kadar air suatu benih maka benih semaki tidak tahan lama untuk disimpan. Hal ini sesuai dengan kaidah Harington I (1959) : untuk setiap penurunan 1 % kadar benih, umur benih diperpanjang dua kali. Untuk kisaran kadar air 14-5 %. Pada kadar air  < 14 % : aktivitas enzim-enzim respirasi akan meningkat sehingga cadangan makanan benih akan cepat habis, maka kecambah menjai rendah, kemudian energy yang dihasilkan dari respirasi dan RH tinggi sehingga akan merangsang perkembangan mikroorganisme yang dapat merusak benih.
b)      Temperature
Temperature yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Temperature optimur untuk penyimpanan jangka panjanag yaitu -18-0 °C. jika kondisi ruang dengan temperature tinggi dan kadar air yang tinggi maka dapat meningkatkan kegiatan respirasi benih, menghasilkan panas, air dan karbondioksida. Uap air yang dihasilkan akan mengalami kondensasi pada permkaan benih, kemudian akan diserap kembali oleh benih.
c)      Kelembaban
Pada kondisi kelembaban relatif rendah (RH) dan kadar air benih tinggi, maka air benih akan menguap/berkurang sehingga kadar air benih berkurang. Sedangkan jika pada keembaban relatif tinggi dan kadar air rendah, maka uap air dari udara sekitar benih akan masuk kedalam benih sehingga kadar air benih meningkat. Pada kelembaban nisbi udara (RH) 50-60 % dan temperature 0-10%, ckup baik untuk mempertahankan viabilitas benih paling tidak untuk jangka aktu penyimpanan selama setahun. Pada RH 70-90 % cendawan akan sangat baik pertumbuhannya.
d)     Gas sekitar benih
Udara normal mengandung : 20% oksigen, 0,03 % dan lebih dari 80% gas nitrogen. Kadar karbondioksida yang tinggi dapat memperpanjang umur simpan benih, karena gas karbordioksida akan mengurangi konsentrasi oksigen sehingga respirasi benih dapat dihambat.
Benih jika disimpan dengan kadar air 10-12% dan dimasukan dalam kantong alumunium dapat bertahan lama, karena benih sebagai organism hidup dan menggunakan oksigen yang ada dan menghaslka karbondioksida sehingga konsentrasi oksigen menjadi turun. Sedangkan konsentrasi karbondioksida akan naik.
Ø  Pengemasan benih
Menurut Hendarto, K. (2003) pengemasan benih bertujuan untuk:
1.      Memudahkan pengelolaan benih
2.      Memudahkan transportasi benih untuk pemasaran
3.      Memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang memadai
4.      Mempertahankan persentase viabilitas benih
5.      Mengurangi deraan (tekanan/pengaruh) alam
6.      Mempertahankan kadar air benih
Penyimpanan benih atau kelompok benih (lot benih) diharapkan dapat mempertahankan kualitas benih  dalam  kurun  waktu  tertentu  sesuai  dengan lamanya  penyimpanan.  Pengemasan  benih bertujuan  untuk  melindungi  benih  dari  faktor-faktor  biotik  dan  abiotik,  mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. Prinsip  dasar  pengemasan  benih  adalah  untuk  mempertahankan  viabilitas  dan vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih (Ambo, Amsar, 2012). Menurut Masalah  yang  dihadapi  dalam  penyimpanan  benih  semakin  kompleks  sejalan  dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko  terserang  cendawan.  Benih  adalah  bersifat  higroskopis,  sehingga  benih  akan  mengalami kemunduran  tergantung  dari  tingginya  faktor-faktor  kelembaban  relatif  udara  dan  suhu lingkungan  dimana  benih  disimpan  (Purwanti  dalam  In  Sari, 2010). Penyimpanan  benih  pada ruang  terbuka  akan  mengakibatkan  benih  cepat  mengalami  kemunduran  atau  daya  simpannya menjadi  singkat  akibat  fluktuasi  suhu  dan  kelembaban.  Oleh  karena  itu,  benih  yang  disimpan dalam ruang terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan  yang tepat agar viabilitas dan vigor benih  dapat  dipertahankan.  (Amsar,  A.,  2012). Harington  (1973)  mengemukakan  bahwa penggunaan kemasan penyimpanan  yang tertutup dapat melindungi benih dari perubahan kadar air. Sutopo (2004) dalam Ali Napiah (2009) menambahkan, benih yang disimpan dalam kemasan tertutup untuk waktu yang lama harus memiliki kadar air rendah.

Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Panduan praktikum teknologi bahan tanam. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Anonim.2012. pengolahan benih (prosesing benih). http://fp.umy.ac.id diakses tanggal 19 Mei 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar