Tugas
Agroekologi
“Dampak Penggunaan External Input
terhadap Kearifan Lokal Petani”
Dosen pengampu :
Ir. Agus Nugroho
Setiawan, M.P dan Lis Noer ‘Aini, S.P,.M.P
Disusun oleh:
Akhmad Bustamil (20110210049)
fatra Laindah (20110210025)
Rifqi Khoirul Anam (20110210009)
Deta Dwi Prayitno (20110210005)
Program
Studi Agroteknologi
Fakultas
Pertanian
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
I.
Pendahuluan
Perkembangan populasi manusia yang
semakin cepat, mengakibatkan meningkatnya kuantitas dan kualitas suatu
kebutuhan manusia akan makan. Hal ini mendorong adanya upaya peningkatan produktifitas
pangan dari berbagai aspek, khususnya pertanian. Dalam upaya peningkatan
produktifitas pertanian ini mempunyai beberapa jalan. Diantaranya perluasan
lahan pertanian dan mekanisasi pertanian, yang keduanya mempunyai keunggulan
dan kerugian masing masing. Upaya perluasan lahan pertanian untuk saat ini
hanya bisa dilakukan di beberapa daerah yang masih mempunyai dataran yang luas,
dan berpenduduk sedikit. Untuk mekanisme
pertanian berupa penggunaan external input dalam sistem pertaniannya.
Penggunaan external input yang baik
dalam sistem pertanian sangat membantu dalam meningkatkan produktifitas
pertanian. Akan tetapi penggunaan EI yang tidak bijaksana akan berakibat pada
kerusakan lingkungan dan hilangnya keanekaragaman dalam ekosisem alam dan
pertanian, selain itu jug adapt
menghilangkan kearifan lokal. Fenomena revolusi industri tahun 1960-an
merupakan contoh kerusakan
lingkungan akibat penggunaan EI yang tidak bijak.
Sebelum penggunaan EI dikenal luas di
dunia pertanian, pada awalnya petani ragu dan sulit dalam menggunakan external input. Hal ini terjadi di
seluruh negara termasuk
indonesia, akan tetapi melalui propaganda yang berlebihan petani pun mulai
dapat menerima external input. Kemudian
setelah melihat bukti dari penggunaan external
input, yang efek dan pengaruhnya
dalam peningkatan produktifitas pertanian sangat memuaskan, sehingga petani
mulai beralih ke teknologi external input.
Selain itu, external input di
indonesia di dukung saat kepemimpinan presiden Soeharto, sehingga indonesia
dapat swasembada beras.
Tingkat produktifitas lahan mulai tinggi
dan dengan stabilitas yang cukup tingggi karena faktor SDA yang masih baik. Di samping itu, harga external input saat itu masih rendah.
Saat itu kerusakan lingkungan yang ditimbulkan masih relatif rendah sehingga
sistem pertanian yang berkelanjutan masih tinggi terhadap kearifan lokal. Peningkatan
kualitas hidup dan kebutuhan manusia yang menuntut infrastrukur menyebabkan
terjadinya alih fungsi lahan. Disisi lain luas pertanian tidak bertambah bahkan
yang terjadi mengalami penurunan, sehingga lahan yang sempit akan dimaksimalkan
pemanfaatannya. Kemudian saat lahan
sudah mengalami penurunan yang diakibatkan oleh external input , alam / lahan mulai mengalami tekanan eksploitasi
secara berlebihan yang melebihi daya dukung dari lingkungannya itu sendiri.
Akibatnya lahan mulai mengalami degradasi dan prodiktifitas menurun.
Kemudian karena permasalan itu, manusia
mulai memasukan dan memakai berbagai materi dan energi (external input) dala jumlah yang berlebihan. Penggunaan external input yang besar-besaran itu
terjadi saat berkembang pesatnya Revolusi Industri (Agrokimia) di Eropa.
Disamping itu, dukungan pemerintah untuk external
input diberbagai negara sangat tinggi. Akibatnya ketergantungan petani
terhadap external input menjadi
sangat tinggi, seperti sekarang ini, sehingga menurunnya kearifan lokal
terhadap alam dan sistem pertanian berkelanjutan pun menjadi menurun akibat
dari penggunaan external input.
II.
Pembahasan
Kearifan
lokal adalah suatu kebijakan lokal yang merupakan cara adaptasi yang telah ada
sejak zaman nenek moyang kita. Kearifan lokal penting untuk dimanfaatkan guna
menghadapi external input yang terjadi sampai saat ini sejak Revolusi Industri
(Agrokimia) di Eropa. Oleh karena itu, sifat kearifan lokal yang khas pada
setiap daerah, tidak bisa dibuat kebijakan yang seragam untuk menerapkan
kearifan lokal tersebut. Setiap pemerintah daerah harus menggali dan
mengoptimalkan kearifan lokal masing-masing untuk diterapkan di daerahnya. Kearifan lokal yang berbeda-beda yang tidak
bisa disamakan antara setiap daerah membuat suatu daerah berbeda dengan daerah
lainnya. Kearifan lokal tidak bisa berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah
yang membuat kearifan lokal disuatu daerah disamakan dengan daerah lainnya.
Dengan
meningkatnya pembangunan nasional dan juga terjadinya peningkatan
industrialisasi(produk external input pertanian) diperlukan sarana-sarana yang mendukung lancarnya
proses industrialisasi tersebut, yaitu dengan meningkatkan sektor pertanian.
External input ialah komponen pertanian yang berasal dari luar komponen dasar
penyususn pertanian, yang sengaja dimasukkan guna meningkatkan produktifitas
suatu pertanian. Diantara external input yang sering kita jumpai dalam sistem
pertanian yaitu:
· Pupuk
Terdapat dua jenis pupuk dalam
sistem pertanian yang kita kenal, Pupuk organik dann pupuk kimia. Namun dalam
pembahasan kami, pupuk kimialah yang mempunyai dampak negatif tehadap
kearifan lokal. Salah satu contoh dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia yaitu,
cara pemupukan para petani yang berubah dari penggunaan pupuk organik ke pupuk
kimia. Dan kita lihat saat ini para petani sudah ketergantungan dengan pupuk
kimia. Dahulu, petani sebenarnya sudah ada
pengetahuan tentang pertanian yang jauh lebih banyak pengetahuannya, seperti
penggunaan pupuk. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kompos. Pupuk kompos dulu
dibuat bisa mencapai 2 bulan-an, akan tetapi dengan masuknya external input
maka dapat ditemukan cara efektifitas secara cepat untuk membuat pupuk kompos.
Tidak hanya itu saja, masuknya atau mulai beralihnya petani dalam penggunaan
pupuk kompos itu akan menghilangkannya kearifan lokal. Petani sekarang ini hanya mencari praktisnya saja,
yang dahulu untuk memenuhi kebutuhan tanaman petani membuat pupuk kompos, akan
tetapi sekarang ini petani lebih suka membeli. Dapat ditemukan petani sekarang
ini yang tidak bisa membuat pupuk kompos. Berikut dampak yang ditimbulkan
akibat beralihnya penggunaan EI, yaitu:
-
Petani sekarang tidak bisa membuat pupuk sendiri untuk
memenuhi kebutuhan akan tanaman, khususnya membuat pupuk kompos yang nota
benenya petani dulu membuat pupuk kompos untuk memenuhi kebutuhan akan tanaman.
-
Petani cenderung lebih suka membeli pupuk dibandingkan
membuatnya, khususnya dalam pembelian pupuk kimia.
Semua hal
itu telah merubah pola pikir serta perilaku petani sehingga telah hilang
suatu kearifan local yang ada sejak dahulu
nenek moyang kita.
·
Pestisida
Dalam bidang pertanian, pestisida
merupakan sarana untuk membunuh jasad pengganggu tanaman. Dalam konsep
Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperan sebagai salah satu komponen
pengendalian, yang mana harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati, efisien
untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan
sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai
teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola
tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan pada ekosistem
yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad penganggu.
Cara lain untuk mengatasi jasad penganggu selain menggunakan pestisida
kadang-kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat
dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu
melawan jasad penganggu dan berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil
(Sudarmo, 1991). Sama halnya dengan pengunaan pupuk seperti pada uraian
diatas, petani sekarang cenderung malas dalam membuat pestisida itu sendiri
yang notabenenya dilakukan sebelum perkembangan teknologi yang semakin tinggi
seperti yang dilakukan nenek moyang kita sejak dahulu. Dengan masuknya external
input, seperti pupuk dan pestisida yang lebih efisien dalam membuatnya,
kemudian munculnya bioteknologi seperti varietas unggul yang nota benenya
menggeser bahkan menghilangkan varietas lokal. Petani dahulu sebelum menemukan
teknologi yan canggih sebenarya sudah menggukan hal yang digunakan seperti
sekarang, semisal dalam membuat pestisida. Dampak yang ditimbulkan oleh
penggunaan EI yaitu:
-
Dengan munculnya teknologi yang semakin canggih
seperti munculnya perkembangan varietas unggul, yang pada dasarnya hal itu
telah menggeser varietas lokal, seperti sekarang ini petani padi lebih suka
memakai IR-64 dibandingkan dengan memakai bibit padi dari lokal itu sendiri.
-
Petani lebih malas untuk membuat pestisida sendiri dan
cenderung labih suka membeli karena alasan yang praktis.
Hal itu juga akan berpengaruh terhadap sistem pertanian yang berkelanjutan (suistainable agriculture) dan
menghilangkan serta menggeser kearifan local (local wishdom) yang sudah ada sejak nenek moyang kita.
·
Teknologi Mesin
Ketergantungan terhadap penggunaan
external input, berakibat pada menurunnya kearifan lokal terhadap alam dan
sistem pertanian berkelanjutan. Tergerusnya kearifan lokal dibuktikan dengan adanya fenomena-fenomena yang
terjadi pada sistem pertanian diberbagai wilayah di Indonesia. Misanya, pada
wilayah pertanian di pedesaan, sudah jarang petani menggunakan kerbau untuk
membajak sawahnya. Sawah didominasi oleh "Kerbau Jepang bermesin"
alias traktor tangan yang menurut anggapan petani lebih praktis dan lebih
cepat.
Kondisi
seperti ini juga terjadi di hampir semua Negara Asia yang mengandalkan
kehidupannya pada bidang pertanian. Masuknya era mekanisme pertanian dalam
kurun waktu yang cepat, telah mengubah perilaku petani dan secara signifikan
menurunkan populasi kerbau dunia. Padahal kearifan lokal yang diwariskan oleh
nenek moyang kita, jauh lebih unggul dan lebih ramah lingkungan jika
dibandingkan dengan teknologi modern. Kotoran kerbau dapat sekaligus menjadi
pupuk dan penggunaan kerbau jauh dari perilaku konsumtif. Jika petani memelihara
kerbaunya dengan baik, maka juga dapat diternakkan atau dikembangbiakkan. Sedangkan
penggunaan traktor, lama-kelamaan akan rusak dan hanya menjadi rongsokkan besi
tua. Disamping itu penggunaan bahan bakar juga akan mencemari lingkungan. ( Prof. Ronny Rachman Noor, Ir,
MRur.Sc, PhD 2011)
Penggunaan
mesin-mesin seperti traktor dan sebagainya, yang katanya dapat mempercepat dan
memudahkan kegiatan petani, ternyata memiliki dampak negatif. Traktor memiliki
massa yang sangat besar. Maka dengan massa yang besar tersebut, traktor
memiliki tekanan yang besar untuk menekan tanah sehingga terjadi pemadatan pada
struktur tanah. Akibatnya, lama-kelamaan akann terjadi kerusakan fatal pada struktur tanah. Dampak
yang ditimbulkan sebenarnya sama seperti pada uraian diatas yaitu:
-
Petani lebih suka menggunakan traktor mesin
dibandingkan dengan kerbau untuk membajak sawahnya. Alasannya sama, petani
lebih suka kepraktisan dan efisien waktu yang notabenenya dapat merusak
struktur tanah seperti yang diuraikan diatas. Hal itu membuat hilangnya
kearifan lokal yang sudah ada sejak dahulu.
Menurut
Suwanto (1994), kondisi pertanian di Indonesia di masa mendatang banyak yang
akan diarahkan untuk kepentingan agroindustri. Salah satu bentuknya akan
mengarah pada pola pertanian yang makin monokultur, baik itu pada pertanian
darat maupun akuakultur. Perubahan sistem pertanian multikultur menjadi
pertanian monokultur sehingga sangat berpengaruh pada kearifan lokal dari
sistem pertanian itu. Perubahan yang terjadi tidak hanya dari perubahan sistem pertanian, tetapi
juga dari penggunaan external input, seperti penggunaan pupuk dan pestisida
kimia, sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan, khususnya pertanian yang
pada akhirnya akan menggeser dan bahkan menghilangkan kearifan lokal yang ada.
Terdapat
dua faktor pendorong penggunaan external input dalam sistem pertanian modern. Kebutuhan
manusia yang semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah manusia di bumi, dan
semakin sempitnya lahan pertanian karena alih fungsi lahan.
III.
Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah suatu kebijakan lokal yang merupakan
cara adaptasi yang telah ada sejak zaman nenek moyang kita. Kearifan lokal
penting untuk dimanfaatkan guna menghadapi external input yang terjadi sampai
saat ini sejak Revolusi Industri (Agrokimia) di Eropa. Kearifan
lokal dapat dipengaruhi oleh external input yaitu pupuk dan pestisida kimia
yang sudah dipropaganda besar-besaran Revolusi Industri di Eropa yang pada
akhirnya menimbulkan kerusakan lingkungan karena penggunaan EI tidak bijak, tidak
hanya itu, perubahan poa pikir dan tindakan petani mengakibatkan berubahnya
kearifan lokal yang sudah ada sejak nenek moyang terdahulu dan mempengaruhi
sistem pertanian yang berkelanjutkan (suistainable
agriculture).
IV.
Saran
ü Mengadakan penyuluhan tentang
pentingnya pengembalian kearifan lokal guna menuju pertanian berkelanjutan.
ü Meningkatkan efektifitas penggunaan
external input dengan penggunaan secara bijak dan efisien.
Daftar pustaka
Noor, RR
dan Mrur,Sc.2011. Tergerusnya Kearifan Lokal. Research and Community Services Institute
- Bogor Agricultural University. http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1924:tergerusnya-kearifan-lokal&catid=159:artikel-kontributor.
Diakses tanggal 16 April 2012
Anamofa,
J.N.2012. Kearifan Lokal Guna Memecahkan
Masalah. http://tal4mbur4ng.blogspot.com/2010/07/kearifan-lokal-guna-pemecahan-masalah.html.
diakses tanggal 16 April 2012
Sa’id, E.G.,
1994. Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita
please comment ya,.?
BalasHapus