Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman
Kasus Gulma pada Padi
Dosen pengampu :
Ir. Agus Nugraha S, MP
Disusun
oleh:
1.
Akhmad
Bustamil 20110210049
2.
Aditya
Yuda Ramdhoni 20110210058
3.
Aida
Rizqanna 20110210040
4.
Wulan
Prasetyo 20110210063
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2012
I.
Kasus
Guna meningkat produktivitas tanaman padinya, petani
di wilayah Monyudan sleman yang merupakan sentra padi di DIY mencoba mengikuti
petunjuk dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menggunakan bibit berumur muda
dengan penanaman tunggal dan jarak tanam lebar. Daerah tersebut sebenarnya
mempunyai sistem irigasi yang baik namun, petani menjaga kelengasan tanahnya
dengan tidak tergenang dan hanya macak-macak atau lembab saja. Dengan kondisi
yang seperti itu, menyebabkan pertumbuhan gulma menjadi lebih banyak sehingga
menimbulkan permasalahan bagi petani. Pertumbuhan bibit padi kalah cepat
dibandingkan pertumbuhan gulma sehingga keberadaan gulma mengganggu tanaman.
Bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut?
II.
Tinjauan
pustaka
A.
Padi
a. Sejarah
Padi
Padi (bahasa
latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada
jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis
dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh
nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Tanaman
pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)
sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di
Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India,
beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
Tanaman padi temasuk golongan
tanaman semusim (setahun). Padi dapat hidup dalam berbagai keadaan tanah, namun
pada umumya padi ditanam dalam keaadaan tergenang. Terdapat
25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies yaitu
Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi
dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran
tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
b.
Syarat Tumbuh
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19 - 270 C, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19 - 270 C, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.
c. Pola
Pertumbuhan Padi
Fase Vegetatif
Fase vegetatif adalah awal
pertumbuhan tanaman, mulai dari perkecambahan benih sampai primordia bunga
(pembentukan malai).
1)
Tahap Perkecambahan benih (germination)
Pada fase
ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air antara
benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan kemunculan
radicula dan plumule. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah
kelembaban, cahaya dan suhu. Petani biasanya melakukan perendaman benih selama
24 jam kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan perkecambahan benih berakhir sampai
daun pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari.
2)
Tahap Pertunasan (seedling stage)
Tahap
pertunasan mulai begitu benih berkecambah hingga menjelang anakan pertama
muncul. Umumnya petani melewatkan tahap pertumbuhan ini di persemaian. Pada
awal di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder
(adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat
menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Di sisi lain tunas terus
tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun
setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun
sempurna yang menandai akhir fase ini. Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari
setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang
berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.
3)
Tahap Pembentukan anakan (tillering stage)
Setelah
kemunculan daun kelima, tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan
berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada buku
batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang. Bibit ini
menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan
daunnya. Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder,
demikian seterusnya hingga anakan maksimal.
Pada
fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan anakan aktif kemudian
disusul dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua tahapan ini bisa
tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan akan mengalami
perpanjangan batang, buku kelima dari batang di bawah kedudukan malai,
memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai. Sementara tanaman muda (tepi)
terkadang masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat perkembangan kanopi
sangat cepat. Secara umum, fase pembentukan anakan berlangsung selama kurang
lebih 30 hari.
Pada
tanaman yang menggunakan sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini
mungkin tidak sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti
halnya tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya
sesaat setelah pindah tanam.
Penggunaan
pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau waktu aplikasi pemupukan susulan yang
terlambat memicu pembentukan anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya
anakan yang terbentuk tidak produktif.
Fase Generatif
1)
Tahap Inisiasi Bunga / Primordia (Panicle Initiation)
Perkembangan tanaman pada tahapan ini diawali dengan inisiasi bunga (panicle initiation). Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white feathery cone) panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali muncul pada ruas buku utama (main culm) kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang hingga bentuk malai terllihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan. Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung (bulge). Penggembungan daun bendera ini disebut bunting sebagi tahap kedua dari fase ini (booting stage).
2)
Tahap Bunting (booting stage)
Bunting
terlihat pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun
layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada bagian dasar
tanaman.
3)
Tahap Keluar Malai (heading stage)
Tahap
selanjutnya dari fase ini adalah tahap keluar malai. Heading ditandai dengan
kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai
keluar seutuhnya dari pelepah daun. Akhir
fase ini adalah tahap pembungaan yang dimulai ketika serbuk sari menonjol
keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan.
4)
Tahap Pembungaan (flowering stage)
Pada
pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak bunga
(flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuksari tumpah (shed). Kelopak
bunga kemudian menutup. Serbuk sari atau tepung sari (pollen) jatuh ke putik,
sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari
dari serbuk sari yang muncul (bulat, struktur gelap dalam ilustrasi ini) akan
mengembang ke ovary.
Proses
pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan
terjadi sehari setelah heading. Pada umumnya, floret (kelopak bunga) membuka
pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada
pembungaan, 3-5 daun masih aktif. Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan
pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan
nonproduktif.
Fase
reproduktif yang diawali dari inisiasi bunga sampai pembungaan (setelah
putik dibuahi oleh serbuk sari)
berlangsung sekitar 35 hari. Pemberian zat pengatur tumbuh atau penambahan
hormon tanaman (pythohormon) berupa gibberlin (GA3) dan pemeliharaan tanaman
dari serangan penyakit sangat diperlukan pada fase ini. Perbedaan lama periode
fase reproduktif antara padi varietas genjah maupun yang berumur panjan tidak
berbeda nyata. Ketersediaan air pada fase ini sangat diperlukan, terutama pada
tahap terakhir diharapkan bisa tergenang 5 – 7 cm.
Fase Pemasakan / Pematangan
1)
Tahap matang susu ( Milk Grain Stage )
Tiga tahap
akhir pertumbuhan tanaman padi merupakan fase pemasakan. Pada tahap ini, gabah
mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah mulai terisi dengan larutan putih
susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit gabah di antara dua jari. Malai
hijau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut.
Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau. Tahap ini paling disukai
oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air juga sangat
diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini diharapkan
kondisi pertanaman tergenang 5 – 7 cm.
2)
Tahap gabah ½ matang (dough grain stage)
Pada
tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan
akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari
anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman terlihat
menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap
anakan mulai mengering.
3)
Tahap gabah matang penuh (Mature Grain Stage)
Setiap
gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Tanaman padi pada
tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi berubah menjadi kuning dan keras. Daun
bagian atas mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap
hijau). Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman. Berbeda
dengan tahap awal pemasakan, pada tahap ini air tidak diperlukan lagi, tanah
dibiarkan pada kondisi kering. Periode pematangan, dari tahap masak susu hingga
gabah matang penuh atau masak fisiologis berlangsung selama sekitar 35 hari.
d. Kebutuhan Air Tanaman Padi
Penggenangan air
dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa
bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting
bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk
menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji. Kondisi tanah
tidak tergenang, yang dikombinasi dengan pendangiran mekanis, akan menghasilkan
lebih banyak oksigen masuk ke dalam tanah dan akar berkembang lebih besar
sehingga dapat menyerap nutrisi lebih banyak
(Uphoff
2004). Setelah pembngaan sawah digenangi air 1 sampai 3 cm.
B.
Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang hidup sendirinya pada
waktu dan tempat yang tidak dikehendaki. Gulma menjadi masalah yang tetap
karena selalu menyaingi tanaman utama (pokok) dalam pengambilan unsur hara, air
dan cahaya.
a. Karakteristik
Gulma
Penggolongan gulma dapat
dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu:
1
. Morfologi
Berdasarkan
morfologinya gulma dapat di bedakan sebagai berikut
·
Golongan
rerumputan (gresses)
Golonga
ini termasuk kedalam family gramineae. Family ini memiliki daya adaptasi yang
cukup tinggi distribusnya sangat luas dan mampu tumbuh baik pada lahan kering
dan tergenang(sawah). Ciri-ciri umum gulma golongan rerumputan sebagai berikut:
a. Bentuk
batang silindris, ada yang pipih
b. Batang
biasanya berongga
c. Daunnya
tunggal
d. Duduk
daun berselang- seling
e. Tulang
daun sejajar dan ditengah helaiannya terdapat ibu tulang daun
f. Daun
terdiri dari pelepah dan helaiaan daun yang tepinya rata
g. Lidah
dan tertampak jelas pada batas antaraa pelepah dan helai daun.
h. Bunga
tersusun dalam butir
i.
Butir tersusun
dari anak butir (Spikelet) yang bertangkai, meskipun da pula yang tidak
bertangkai ( sessile)
j.
Setiap anak
tersusun dari satu atau lebih dari bunga kecil (floret)
k. Biasanya
setiap bunga kecil dikelilingi oleh pasangan daun pelindung (bractea)
l.
Bakal buah
beruang satu dan berbiji satu
m. Buanya
sering disebut “caryopsis”
n. Bentuk
buah ada yang bulat yang memanjang atau datar cembung (planoconvex). Contoh
gulma golongan rerumputan antara lain alang-alang (Impirata cylindrical L.),
rumput pahit (axonopus compressus), jampang pahit (Paspalum conjugatum),
belulang (Elausine indica L.), jajagoan (Echinochloa crusgalli).
·
Golongan Teki
(Sedges)
Golongan
teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk kedalam family Cyperaceae.
Terdiri atas 90 genera dan 4000 spesies. Ciri-cirinya:
a. Pada
umumnya batang berbentuk segitiga, kadang bulat atau pipih.
b. Daun
duduk dan berbentuk pita dengan urat daun membujur.
c. Tanaman
tidak memiliki idah daun. Contoh gulma golongan teki: Teki (Cyperus rotundus
L.), walingi (scirpus grossus L.F), rumput tiga segi (Cyperus compresssus L.)
· Golingan
berdaun lebar (broadleaf of weed)
Ciri-cirinya:
a. Ukuran
daunnya lebar
b. Tulang
daun berbentuk jaringan
c. Terdapat
tunas tambahan pada setiap ketiak daun.
b. Habitat
·
Gulma darat
Tumbuh pada lahan
kering dan apabila tergenag air akan mati. Contoh: teki, alang-alang, rumput
setawar.
·
Gulma air
Gulma yang tumbuh sebagian atau seluruh hidupnya berada
di air. Contoh: eceng gondok, kayambang.
c. Daur
Hidup
·
Gulma Semusim
Gulma yang umurnya
kurang dari 1 tahun. Contoh: bayam duri, teki, ekor tikus, dan babandotan.
·
Gulma Dwimusim
Guma yang berumur 1-2
tahun. Contoh: putri malu, daun sendok, sunduk welut.
·
Gulma Tahunan
Hidupnya
lebih dari 2 tahun. Contoh: kremek, alang-alang, kolomento.
d. Kerugian
akibat Gulma
Keberadaan
gulma pada area tanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian kuantitas maupun
kualitas produksi, diantaranya:
·
Penurunan hasil
pertanian karena persaingan dalam perolehan air, udara dan unsure hara.
·
Penurunan
kualitas hasil karena biji tanaman tercampur dengan biji gulma.
·
Gulma menjadi
inang hama dan penyakit, misalnya kolomento (Leersiahexandra) sebagai tumbuhan inang hama penggerek batang
padi, jajagoan sebagai inang penyakit tungro, dan muluhan sebagai inag hama
walangsangit.
·
Meningkatkan
biaya produksi karena adanya tanaga dan waktu pengerjaan tanah, penyiangan.
III.
Pengendalian
Teknik pengendalian gulma (weed control)
adalah usaha mematikan gulma dalam jumlah cukup sehingga sisa gulma yang masih
ada tidak dapat menyaingi tanaman pokok atau merugikan manusia. Prosedur
pengendalian gulma digolongkan menjadi 6 kategori, yaitu:
a. Pencegahan
(preventif)
Ditujukan
untuk menghalangi atau mencegah perkembangbiakan biji gulma dari satu tempat ke
tempat lain. misalnya dengan cara menggunakan benih bebas gulma dan manggunakan
pupuk kandang yang matang.
b. Mekanik
Untuk
menekan pertumbuhan gulma dengan cara mematikan atau merusak sebagian atau
seluru gulma agar gulma mati. Terdiri dari penyianagn, pembabatan, dan
pembakaran.
c. Biologis
Menggunakan
organism hidup misalnya binatang, ternak atau tumbuhan. Organisme pengendalian
harus aman, bersifat monofak, dan dapat diatur penyebarannya.
d. Kultur
teknis
Dalam
pengendalian ini didasarkan pada segi ekologi yaitu berusaha menciptakan
kondisi lingkungan yang sesuai dengan tanaman budidaya, sehingga baik dan dapat
bersaing dengan gulma.
e. Kimiawi
Menggunkan
herbisida untuk menghabat atau mematikan gulma.
f. Terpadu
Mempraktekkan
teknik pengendalian atau menekan pertumbuhan dan mematikan gulma sampai batas
dan secara ekonomi tidak merugikan.
IV.
Pembahasan
Setelah melihat dari kasus diatas bahwa seorang
petani mencoba menerapkan sistem pertanian dari PPL dengan menggunakan bibit
muda dan penanaman tunggal serta jarak tanam lebar. Setelah kami
identifikasikan bahwa sistem ini termasuk sistem tanam SRI (The system of Rice
intensificasion). SRI menggunakan bibit ditranplantasi
satu-satu daripada secara berumpun. Ini
dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk menyebar dan memperdalam
perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat untuk memperoleh ruang
tumbuh, cahaya, atau nutrisi dalam tanah.
Sistem perakaran menjadi sangat berbeda saat tanaman ditanam satu-satu.
Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip dari sistem tanam SRI, yaitu:
1.
Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai
(bus) ketika bibit masih berdaun 2 helai
2.
Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35
x 35 atau lebih jarang
3.
Pindah tanam harus sesegera mungki (kurang dari 30 menit)
dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal
4.
Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode
tertentu dikeringkan sampai pecah (Irigasi berselang/terputus)
5.
Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali
dengan interval 10 hari
6.
Sedapat mungkin menggunakan pupuk 0rganik ( kompos atau
pupuk hijau)
Masalah yang ditimbulkan yaitu pertumbuhan
bibit padi kalah cepat dibandingkan pertumbuhan gulma sehingga keberadaan gulma
mengganggu tanaman. Hal dikarenakan dengan jarak tanam yang lebar selain
menguntungkan bagi tanaman padi itu sendiri juga sangat menguntungkan bagi
gulma. Jarak tanam yang lebar memberikan kesempatan pada gulma-gulma tumbuh
dengan banyak dan bersaing dalam hal unsur hara yang ada di tanah dengan
tanaman padi. Karena padi ditanam dengan satu lubang satu bibit dan bibitnya
pun masih muda sehingga padi kalah saing dalam perebutan makanan (unsur hara)
yang notabenenya gulma itu pertumbuhannya sangat cepat.
Dalam
hal ini kita tidak bisa merubah teknologi yang sudah ada. Karena dengan
teknologi itu justru akan memberikan produksi yang tinggi. Dari beberapa
masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara pengendalian jangka pendek dan
jangka panjang. Jangka pendek dapat dilakukan dengan beberapa pengendalian
yaitu:
a)
Mekanik yaitu penyiangan sejak awal sekitar 10
hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari atau dengan penggunaan landak
gosrok 4 kali.
b)
Terpadu
Mempraktekkan
teknik pengendalian atau menekan pertumbuhan dan mematikan gulma sampai batas
dan secara ekonomi tidak merugikan. Jika secara ambang ekonomi gulma itu tidak
merugikan bagi tanaman padi maka tidak di kendalikan juga tidak masalah karena
tidak menurunkan produktivitas tanaman itu.
c)
Penggenangan
Penggenangan
efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15
- 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena
bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih
dapat hidup.
d)
Biologis
Menggunakan
organism hidup misalnya binatang, ternak atau tumbuhan. Organisme pengendalian
harus aman, bersifat monofak, dan dapat diatur penyebarannya. Pengendalian
gulma secara biologis di areal persawahan dilakukan dengan menggunakan
serangga, jamur, dan bisa juga dari gulma sendiri. Keadaan tumbuh gulma yang
lebat dapat juga dimanfaatkan untuk dapat menekan gulma yang ada di permukaan
tanah. Biji-biji gulma yang ada pada permukaan tanah kekurangan O2 dan
kelebihan CO2 sehingga biji gulma tidak dapat berkecambah. Hal ini disebabkan
karena biji gulma di permukaan tanah terendam oleh air sehingga biji gulma
tersebut tidak dapat tumbuh, selain itu sifat gulma yang dapat menekan
pertumbuhan gulma lainnya adalah cepat dan lambatnya gulma tumbuh di permukaan
air. Walaupun berkecambah tidak dapat menembus (tetap terendam) di bawah
permukaan tanah sehingga tidak dapat menekan pertumbuhan gulma di permukaan
tanah. Misalnya Salvinia molesta, Azolla pinnata (mengandung 5 % kadar bahan
kering gulma). Salvinia molesta mempunyai daya saing yang rendah terhadap
tanaman padi.
Keuntungan
memanfaatkan Salvinia molesta dalam mengendalikan gulma yang lain ialah
Salvinia molesta hanya memanfaatkan zat hara yang terdapat di dalam air
sehingga tanaman padi tidak terganggu oleh adanya kompetisi hara. Selain
keuntungan, terdapat juga kerugian menggunakan Salvinia molesta sebagai pengendali
untuk gulma lain ialah tidak bisa digunakan untuk Tabela, mengambang di
permukaan air.
e)
Kimiawi
Menggunkan
herbisida untuk menghabat atau mematikan gulma. Prinsip gulma kerja herbisida
ini yaitu ada dua, yaitu herbisida kontak dan sistemik. Herbisida kontak yaitu
mampu mematikan gulma jika terjadi kontak atau menempel pada bagian tanaman
tersebut. Sedangkan sitemik terlebih
dahulu masuk melalui akar dan mulut daun lalu disalurkan ke seluruh tubuh
tanaman sehingga akan menggganggu metabolisme. Untuk gulma tanaman padi,
herbisida yang digunakan antara lain Ally 20 WDG, Ronstar 250 EC, Saturn D6 G,
dan Weedrol 720 AC.
Selain dari pengendaalian jangka pendek juga dapat dilakukan
pengendalian jangka panjang, yaitu:
a)
Kultur teknis
Dalam
pengendalian ini didasarkan pada segi ekologi yaitu berusaha menciptakan
kondisi lingkungan yang sesuai dengan tanaman budidaya, sehingga baik dan dapat
bersaing dengan gulma.
Contoh pengendalian kultur teknis ini
yaitu dengan
Ø Penggunaan
benih tanaman bebas gulma dengan menyeleksi benih tanaman budidaya dari biji
gulma.
Ø Pengolahan
tanah dimaksudkan untuk mematikan gulma yang masih tumbuh. Gulma pada tanaman
padi hidup pada kondisi tanah basah, setelah pemanenan sebelum penanaman
berikutnya, tanah perlu dibuat kering agar gulma mati karena ia tidak dapat
hidup dalam keadaan kering.
Ø Pergiliran
tanaman yang bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang
yang tidak membahayakan. Contoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau –
padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena
biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok
untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering
berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun
(misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan
wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman,
kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak
senyaman sebelumnya.
Ø Pemupukan
menggunakan pupuk yang matang.
b) Pengendalian gulma secara tidak langsung ialah dengan membuat undang-undang karantina hal ini dimaksudkan agar
gulma dari luar tidak masuk ke dalam suatu daerah, selain itu juga dengan
menggunakan varietas unggul, pemupukan yang berimbang, dan menggunakan bahan
tanam atau alat-alat pertanian yang bebas dari biji gulma.
V.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dan identifikasi permasalahan dapat disimpulkan bahwa metode
yang diterapkan petani itu sesuai dengan sistem tanam SRI yang menggunakan
penanaman tunggal dan jarak tanam yang lebar dan menggunakan bibit padi muda
yang umurnya kurang dari 12 hari setelah semai ketika bibit masih berdaun 2
helai. Hal ini menimbulkan permasalahan bahwa padi kalah saing dengan pertumbuhan
gulma yang cepat. Dari masalalah itu dapat dikendalikan dengan dua cara yaitu
pengendalian jangka pendek dan jangka panjang. Pengendalian jangka pendek
diantaranya yaitu mekanik berupa penyiangan, terpadu, kimia dengan menggunakan
herbisida diantaranya Ally 20 WDG, Ronstar 250 EC, Saturn D6 G, dan Weedrol 720
AC, serta biologi misalnya menggunakan Salvinia molesta, Azolla pinnata yang
dapat menekan pertumbuhan gulma lainnya. Pengendalian jangka panjang yaitu secara
kultur teknis dengan penggunaan benih tanaman bebas gulma, pengolahan tanah dan
pergiliran tanaman untuk memutus daur hidup gulma dan pemupukan
menggunakan pupuk yang matang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. faktor-faktor biotik
dalam ekosistem sawah. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22086/4/Chapter%20II.pdf
diakses tanggal 23 September 2012
Anonim.2012. interaksi ekosistem.
http://reensaikoe.wordpress.com/ekofisiologi/interaksi-faktor-faktor-biotik-dalam-ekosistem-sawah-yang-mendukung-pertumbuhan-padi-oryza-sativa-l/.
diakses
tanggal 24 september 2012
Anonim.2012. fase pertumbuhan
tanaman padi. http://pejuang-pangan.blogspot.com/2011/07/fase-stadia-pertumbuhan-tanaman-padi.html
diakses tanggal 24 september 2012
Anonim.2012. keunggulan padi
organik SRI. http://www.bakorluh-maluku.com/2012/09/budidaya-dan-keunggulan-padi-organik-metode-sri-system-of-rice-intensification/
diakses tanggal 24 september 2012
Kanisious.
1973. Tanah dan Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 70 hal
Rukmana,
Rahmat. 2003. Gulma dan Teknik Pengendalian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 88
hal.
test :)
BalasHapus