Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman
Observasi
Lapangan Pekarangan
Dosen
Pengampu : Ir. Titiek Widyastuti, MS
Disusun
oleh:
Akhmad
Bustamil 20110210049
Program
Studi Agroteknologi
Fakultas
Pertanian
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jeruk
bali (C. grandis ) atau sering disebut pomelo merupakan salah satu jenis jeruk
yang berasal dari Bali sesuai dengan namanya. Buahnya
berbentuk bulat dengan bagian atas agak meruncing dan bagian bawah mendatar,
serta ukurannya agak lebih besar dari jeruk biasa. Kulit buah berwarna
hijau saat muda hingga kekuning-kuningan saat tua. Daging buah berwarna
merah muda, bertekstrur halus, manis dan berair banyak. Tinggi pohon antara 5 –
15 m dengan tajuk agak rendah dan melebar dengan percabangan
tidak teratur. Batangnya ada yang
berduri (berasal dari biji dan masih muda) dan tidak berduri (setelah dewasa). Daun
berbentuk bulat telur berwarna kuning agak suram dan sedikit berbulu. Bunga
jeruk besar berupa bunga majemuk atau bunga tunggal yang bertandan, bentuknya agak besar dan harum.
Klasifikasi tanaman jeruk bali secara umum:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo
: Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : C. grandis
Daging buah jeruk bali yang segar serta banyak mengandung
air sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuat minuman dengan cara mengekstrak
sari buahnya. Bagian dalam kulit buah
yang berwarna putih dapat dijadikan manisan setelah dibuang bagian kulit
luarnya yang banyak mengandung kelenjar minyak. Di Vietnam, bunganya yang harum
digunakan untuk membuat parfum. Kayunya dimanfaatkan untuk gagang perkakas.
Pohon jeruk bali yang kualitas buahnya rendah pun masih tetap dipelihara untuk
dimanfaatkan daun, bunga, buah, dan bijinya untuk obat batuk, demam, dan
gangguan pencernaan.
B. Tinjauan Pustaka
1.
Syarat Tumbuh
a.
Iklim
Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan
bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi
tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah
angin.
Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7
atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan
bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat
memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang
masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur
20 derajat C.
Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung
dari sinar matahari.
Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar
70-80%.
b.
Media Tanam dan Ketinggian Tempat
Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir
dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air
dan udara baik.
Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk
budidaya jeruk.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk
budidaya jeruk adalah 5,5 - 6,5 dengan pH optimum 6.
Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm
di bawah permukaan tanah.
Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm.
Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang
memiliki kemiringan sekitar 300.
2.
Hama dan Penyakit
a.
Hama
Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas,
daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman
mati. Pengendalian: menggunakan
insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos
(Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC).
Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, selain itu buang bagian
yang terserang.
Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai
daun dewasa. Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion
(Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon
(Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau
keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian:
semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC,
Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30
EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus
sp)
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.
Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan insektisida
Propargite (Omite), Cyhexation
(Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam
50 WP).
Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.
Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida
Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang
disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian yang diserang Helopeltis antonii. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat
berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya
cairan buah yang menjadi nekrosis.
Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50
EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).
Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau
jeruk bes. Gejala: bekas lubang-lubang
bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP)
dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.
Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun
menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas
luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman
tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai
mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane)
atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas
berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos
(Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC).
Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.
Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah
gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC),
Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol
atau protein Hydrolisate.
Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala: daun berwarna kuning, bercak
khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan
cabang kering dan kulit retak buah gugur. Pengendalian: gunakan pestisida
Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation
(Supracide 40 EC).
Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau
dahan bagian bawah. Gejala: daun gugur,
ranting muda kadang-kadang mati.
Pengendalian: perbaiki sanitasi
kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).
kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).
b.
Penyakit
CVPD
Penyebab: Bacterium dengan vektor kutu loncat Diaphorina
citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah
kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas
CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang
terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun
yang baik.
Tristeza
Penyebab: virus
Citrus tristeza dengan vektor
Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah
jeruk Japanese citroen. Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun,
pertumbuhan terhambat. Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan
tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide
atau Cascade.
Woody gall (Vein Enation)
Penyebab: virus
Citrus Vein Enation dengan vektor
Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis,
siem, Rough lemon dan Sour Orange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar
pada tulang daun di permukaan daun. Pengendalian: gunaan mata tempel bebas
virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.
Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang
adalah batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom
yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi
keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang
terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida
Benomyl 2 kali dalam setahun.
Embun tepung
Penyebab: jamur
Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda.
Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos
(Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).
Kudis
Penyebab: jamur
Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau
buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning
atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida
Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora,
Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat
tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis,
celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan
pemangkasan bagian bawah pohon.
Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang
diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan
berwarna kuning. Gejala: tunas tidak
segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik,
sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari
permukaan tanah.
Buah gugur prematur
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp.
Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah
gugur. Pengendalian: Fungisida Benomyl
(Benlate) atau Caprafol.
Jamur upas
Penyebab: Upasia
salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan
keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang
terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang
yang terinfeksi.
Kanker
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri.
Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah. Gejala: bercak kecil berwarna
hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti
gabus pecah dengan diameter 3-5 mm.
Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida.
Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan
mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.
II. PEMASALAHAN
A. Kasus
Bapak
Tumiran mempunyai pekarangan dengan luas ± 75 m² yang ditanami beberapa
tanaman, seperti jeruk bali, kelengkeng, durian, dan rambutan. Pak Tumiran mendapatkan bibit tanaman-tanaman teresebut baik
dari membeli bibit stek (durian) ataupun melalui pencangkokan (jeruk bali).
Pada tanaman jeruk bali milik Bapak Tumiran telah berbuah, akan tetapi permukaan
buah tidak rata dan terdapat benjolan-benjolan yang mengeluarkan cairan seperti getah. Selain itu, pada daun
ditemukan ulat dan bercak kehitaman
serta terdapat benang-benang putih seperti tepung. Hal yang sama terjadi pada
batang yang kering, mengelupas dan terdapat tepung putih di permukaan batang.
B. Identifikasi Masalah
Pada permukaan buah jeruk bali terdapat benjolan-benjolan
yang mengeluarkan cairan seperti getah. Selain itu, pada daun ditemukan ulat
dan bercak kehitaman serta benang-benang putih seperti tepung. Sedangkan batang
tanaman tampak kering, mengelupas dan terdapat tepung putih di permukaannya.
C. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dapat diketahui beberapa
faktor yang menyebabkan timbulnya masalah dalam kasus tersebut yaitu:
1.
Tanaman jeruk bali diduga terserang hama getah buah
Pada kasus tersebut yang sesuai dengan hasil observasi
lapangan diketahui bahwa permukaan jeruk bali tidak halus dan rata dikarenakan
adanya benjolan-benjolan yang mengeluarkan cairan bening seperti getah. Hal
tersebut sesuai dengan ciri-ciri tanaman jeruk yang terserang hama getah buah
yang disebabkan oleh penggerek buah (Citripestis
sagitiferella Moore). Ulat menggerek
buah sampai ke daging buah, sehingga terlihat bekas lubang yang mengeluarkan
getah seperti blendok, kadang-kadang tertutup dengan kotoran. Bagian buah yang
terserang biasanya pada setengah bagian bawah dan apabila serangan parah buah
akan busuk dan gugur.
2.
Tanaman jeruk bali diduga terserang penyakit blendok
Dalam hal ini, dugaan penyakit blendok menyerang tanaman
jeruk bali tersebut terlihat dari batang tanaman tersebut. Penyakit blendok
dapat disebabkan oleh jamur Diplodia natalensis ataupun jamur Phytophthora. Pada batang tanaman jeruk bali tersebut tampak kering dan
kulitnya mengelupas. Selain itu, di beberapa tampak lembab dan tertutup oleh
benang-benang putih seperti terinfeksi jamur. Hal tersebut sesuai dengan gejala
tanaman jeruk yang terjangkit penyakit blendok yakni kulit ketiak cabang
menghasilkan gom yang menarik perhatian
kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
3.
Tanaman jeruk bali diduga terjangkit penyakit embun
tepung
Tanaman jeruk diduga terjangkit penyakit embun tepung
dapat dilihat dari adanya benang-benang putih seperti tepung yang dapat
dikatakan sebagai embun tepung pada daun dan batang tanaman tersebut. Hal ini
sesuai dengan ciri-ciri tanaman yang terserang embun tepung yaitu adanya tepung
putih pada daun dan tangkai muda suatu tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh
jamur Odidium tingitanium yang tumbuh diluar jaringan tanaman,
tetapi memasukkan organ pemakan (Haustorium) kedalam sel epidermis. Serangan
mengakibatkan rusaknya jaringan epidermis daun dan buah yang tidak dapat sembuh
kembali.
4.
Tanaman jeruk bali terserang oleh ulat daun
Berdasarkan hasil observasi ditemukan ulat daun yang
terdapat pada daun tanaman jeruk bali. Hama ulat daun (Papilio sp) tersebut berada di atas permukaan daun tanaman
tersebut. Ulat daun menyerang tanaman dengan memakan daun terutama pada
saat masih muda.
5.
Tanaman jeruk bali
diduga terserang kutu daun (Aphis
gossypii)
Berdasarkan
orbervasi ditemukan daun mengeriting dan agak bercak-bercak coklat serta
terdapat seperti tepung yang berwarna putih. Hasil serangan ini menunjukan
ciri-ciri yang diakibatkan oleh kutu daun (Aphis
gossypii). Serangga ini bersifat polifag dan kosmopolitan, menyerang dengan cara
menusuk dan mengisap cairan sel-sel epidermis dan mesofil daun dengan
menggunakan stiletnya.
III. PENYELESAIAN
Untuk menangani beberapa kasus yang sesuai dengan analisi
masalah tersebut diperlukan pengendalian yang tepat baik. Berikut merupakan
beberpa cara pengendalian dari masalah tersebut antara lain:
1.
Pengendalian penggerek buah
Pengendalian hama getah buah
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan kepompong hama.
b.
Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak
buah berumur 2 bulan.
c.
Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian dibenamkan ke dalam tanah
sedalam 30 cm.
d.
Konservasi musuh alaminya. Musuh alami hama ini berupa
parasitoid telur Trichogramma nana.
Pelepasan 500 parasitoid dewasa untuk tiap 4000 m2 dapat menekan
populasi hama sehingga kerusakan buah berkurang 50-80%.
Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida yang
aplikasinya dilakukan bersamaan dengan penetasan telur. Misalnya, insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC),
Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
2.
Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.)
Pengendalian penyakit Blendok Phytophyta dapat dilakukan
beberapa pengendalian sebagai berikut:
a.
Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora.
b.
Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm.
c.
Air hujan dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal
batang tanaman.
d.
Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal batang.
e.
Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan drainase yang
sebaik-baiknya.
f.
Bagian yang sakit dipotong.
g.
Luka-luka ditutup dengan pestisida
penutup luka.
3.
Penyakit Embun Tepung
Pengendalian
penyakit embun tepung dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut ini:
a.
Kurangi kelembaban disekitar tajuk tanaman dengan melakukan pemangkasan.
b.
Gunakan ajir tunggal secara berdiri/tegak untuk masing-masing tanaman. Ajir
yang berdiri menyebabkan sirkulasi udara pada tajuk tanaman di dalam baris
lebih baik sehingga mengurangi kelembaban di sekitar tajuk.
c.
Jika tersedia, gunakan varietas yang tahan.
d.
Lakukan rotasi tanaman untuk memutuskan siklus hidup embun tepung. Rotasi
dapat dilakukan dengan tanaman lain seperti sayuran daun, kacang kedelai, dan
jagung.
e.
Sebagai langkah terakhir gunakan fungisida secara bijaksana dengan
mempertimbangkan faktor ekologis, ekonomis, dan praktis (tepat jenis,
tepat dosis, tepat cara, tepat waktu).
4.
Ulat Daun (Papilio sp.)
Pengendalian ulat daun (Papilio sp.)
dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut:
a.
Monitoring dilakukan pada tunas-tunas muda (telur).
b.
Daun muda untuk larva dan daun tua untuk stadia kepompong.
c.
Pengendalian dilakukan secara mekanis apabila populasinya sedikit yaitu
dengan membuang telur yang ada.
d.
Apabila populasinya tinggi dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida
yang bersifat kontak.
5.
Kutu Daun (Aphis gossypii)
Pengendalian Kutu Daun (Aphis gossypii) dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut:
a.
Menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion
(Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon
(Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
b.
Dengan menggunakan cendawan Fusarium sp.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa tanaman jeruk bali milik pak
tumiran terjangkit hama getah buah, penyakit blendok dan embun tepung, serta
terserang hama kutu dan ulat daun. pengandalian yang dapat dilakukan baik
secara mekanik, biologi, maupun kimiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Khalsoven.
1981. The Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru - Van Hoeve. Jakarta.
701 halaman.
Trimirta. 2012. Teknologi Pengendalian
Hama dan Penyakit. http://jikatrimitra.com/hortikultura/jeruk/167-hama-penyakit/298-jeruk%3Epengendalian-hama.html. Akses 2 November 2012.
Prisilia. 2008. Hama Putih pada Jeruk. http://flo-lovers.dinogroups.com/apps/voas013b.cfm?counter=yes&content=show&group_cont=%22%22A%2C%20%0A&group_cat=!%220%20%20%0A&fid=%22%22A%2C%20%0A&m_id=mb&tn10Rdf=yes&comid=RT3cfH04u84793R0J6iE&counter_dg=newdetectcount. Akses 2 November 2012
Anonim. 2012. Sanitasi lahan. http://cacaoorganicfairtrade.blogspot.com/2011/07/sanitasi-kebun-kako.html
diakses tanggal 10-11-2012
Hasil
Diskusi Presentasi
1.
Bayam dan Kangkung
-
Agen hayati untuk mengendalikan ulat grayak dengan beberapa pengendalian
seperti penanaman tidak serempak/ bersamaan, jika sudah terjadi serangan maka
dapat dikendalikan secara mekanik, biologi maupun kimia. Aplikasi pengendalian
mengguankan kimia seperti pestisida itu adalah jalan akhir, juka beberapa
pengendalian diatas tidak mampu lagi. Namun, dosisnya perlu diperhatikan.
-
Tanaman inang dari ulat grayak yaitu kangkung, padi, bayam, dan lain-lain
2.
Jeruk Bali
-
karakteristik penggerek buah (siklus hidup - menginfeksi, pola penyebarannya,
faktor penyebaran). Ulat menggerek buah sampai ke daging buah, sehingga
terlihat bekas lubang yang mengeluarkan getah dan apabila serangan parah buah
akan busuk dan gugur. Serangan hama ini berumur 2-5 bulan dari jenis jeruk
besar, manis dan Navel orange maupun siam terutama yang ditanam di dataran
tinggi. Stadium
hidup yang berperan sebagai hama adalah larvanya. Kupu betina meletakkan telur
secara berkelompok, tersusun seperti genting pada separuh bagian bawah kulit
buah. Telur menetas dalam 5-7 hari. Ulat yang baru menetas berwarna kuning
kemerahan panjang 2 mm, menjelang menjadi kepompong berubah menjadi hijau
dengan panjang 16 mm. Ulat dewasa terbentuk dalam waktu 13-21 hari. Dengan
perantaraan benang suteranya, ulat-ulat ini turun, masuk dalam tanah pada
kedalaman 1-2 cm menjadi kepompong berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 14
mm. Setelah 10-11 hari berubah menjadi kupu-kupu dewasa. Kupu betina panjangnya
10-11 mm sedangkan kupu jantan 10 mm. Siklus hidup dari telur sampai dewasa
berlangsung 29-39 hari. Di Indonesia hama ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali
dan Kalimantan.
-
pencegahan penggerek buah, waktu pemangkasan tanaman itu kapan (ibuk: sebelum
tanaman berbuah)
-
pestisida penutup luka aplikgasinya dengan cara disemprotkan atau dioleskan
pada luka.
3.
hama ulat sundep & walang sangit tanaman padi
-
perangkap walang sangit dengan tanaman rawa, seperti kangkung rawa, Eleocharis
dulcis, Gluta renghas dan lain-lain.
4.
nangka (lalat buah & kutu putih)
-
tujuan sanitasi lahan adalah membersihkan
kebun agar terlihat bersih dan enak dipandang, mengendalikan hama, jika kotor
maka hama menjadi sarang bagi hama untuk berkembang biak, mengumpulkan sampah nangka
untuk dijadikan pupuk kompos, seperti daun dan kulit buah sehingga bisa
dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kompos.
-
siklus hidup dari kutu putih, gejala kutu putih: Telur menetas setelah 6-20
hari. Peletakan telur berlangsung selama 1 atau 2 minggu kemudian kutu betina
mati. Nimfa muda menghisap cairan dari daun atau buah. Kutu putih bergerak
lambat (Metcalf dan Flint, 1992).
Nimfa
muda gerakannya lamban dan untuk tumbuh sampai dewasa memerlukan waktu 1-4
bulan. Bentuk kutu elips, berwarna coklat kekuningan, panjang ±3 mm, tertutup
dengan massa putih seperti lilin yang bertepung. Sepanjang tepi badannya
terdapat tonjolan terpanjang pada bagian belakang (Rukmana dan Sugandi, 2002).
Disamping
itu, dari sifat biologisnya yang merusak tanaman dengan cara menghisap cairan
tanaman serta mengeluarkan racun, mengakibatkan terjadinya khlorosis, kerdil,
malformasi daun, daun muda dan buah rontok, banyak menghasilkan eksudat berupa
embun madu sampai menimbulkan kematian tanaman. Dengan demikian kutu putih ini
memiliki potensi dapat merugikan ekonomis yang cukup tinggi (Direktorat
Jenderal Hortikultura, 2010).
-
jenis parasitoid untuk lalat buah adalah Bactrocera & kutu putih
adalah Acerophagus.
5.
keong mas & tikus (tanaman padi)
-
musuh alami dari tikus adalah kucing, anjing. Anjing disini dapat menjadi musuh
alami dikarenakan anjing termasuk hewan karnivora (pemakan daging). Biasanya
juga anjing diikut sertakan dalam gropyokan karena penciuman anjing itu tajam.
Sehingga selain menjadi musuh alami juga menjadi pelengkap bagi sistem
pengendalian secara gropyokan.
6.
jambu air
-
cara mendatangkan musuh alami lalat buah. Dengan memindahkan sarang dari musuh
alami lalat itu ke tanaman jambu air tersebut. Misalkan sarang semut langkrang.
-
penyiangan hubungannya dengan kesuburan tanah. Hal ini pasti akan mempengaruhi
tingkat kesuburan pada tanah, jika gulma tersebut tidak ada penyiangan maka
tanaman utama dengan gulma akan mengalami kompetisi dalam perebutan unsur hara
yang ada didalam tanah. Maka dengan penyiangan ini akan membantu dalam proses
pertumbuhan dari tanaman jambu karena tidak ada kompetisi dalam perebutan unsur
hara karena sudah ada pengendalian yaitu penyiangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar