Halaman

Minggu, 16 Desember 2012

Observasi Lapangan Pekarangan


Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman

Observasi Lapangan Pekarangan

Dosen Pengampu : Ir. Titiek Widyastuti, MS

Disusun oleh:

             Akhmad Bustamil                 20110210049






Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2012

                                                                                                                                                      I.            PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Jeruk bali (C. grandis ) atau sering disebut pomelo merupakan salah satu jenis jeruk yang berasal dari Bali sesuai dengan namanya. Buahnya berbentuk bulat dengan bagian atas agak meruncing dan bagian bawah mendatar, serta ukurannya agak lebih besar dari jeruk biasa. Kulit buah berwarna  hijau saat muda hingga kekuning-kuningan saat tua. Daging buah berwarna merah muda, bertekstrur halus, manis dan berair banyak. Tinggi pohon antara 5 – 15 m dengan tajuk agak rendah dan melebar dengan percabangan tidak teratur. Batangnya ada yang berduri (berasal dari biji dan masih muda) dan tidak berduri (setelah dewasa). Daun berbentuk bulat telur berwarna kuning agak suram dan sedikit berbulu. Bunga jeruk besar berupa bunga majemuk atau bunga tunggal yang bertandan, bentuknya agak besar dan harum.
Klasifikasi tanaman jeruk bali secara umum:
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Sapindales
Famili              : Rutaceae
Genus              : Citrus
Spesies            : C. grandis
Daging buah jeruk bali yang segar serta banyak mengandung air sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuat minuman dengan cara mengekstrak sari buahnya.  Bagian dalam kulit buah yang berwarna putih dapat dijadikan manisan setelah dibuang bagian kulit luarnya yang banyak mengandung kelenjar minyak. Di Vietnam, bunganya yang harum digunakan untuk membuat parfum. Kayunya dimanfaatkan untuk gagang perkakas. Pohon jeruk bali yang kualitas buahnya rendah pun masih tetap dipelihara untuk dimanfaatkan daun, bunga, buah, dan bijinya untuk obat batuk, demam, dan gangguan pencernaan.

B.     Tinjauan Pustaka

1.      Syarat Tumbuh
a.       Iklim
*      Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
*      Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
*      Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.
*      Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
*      Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.
b.      Media Tanam dan Ketinggian Tempat
*      Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
*      Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
*      Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5 - 6,5 dengan pH optimum 6.
*      Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah.
*      Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
*      Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.
2.      Hama dan Penyakit
a.       Hama
*      Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.  Gejala: tunas keriting, tanaman mati.  Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, selain itu buang bagian yang terserang.
*      Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.  Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
*      Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian yang diserang adalah daun muda.  Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
*      Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.  Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation  (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).
*      Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian yang diserang adalah buah.  Gejala: lubang yang mengeluarkan getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
*      Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian yang diserang Helopeltis antonii.  Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.  Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).
*      Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.  Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua. Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.
*      Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.  Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.  Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
*      Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.  Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.
*      Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.  Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.  Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.
*      Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.  Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur. Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron  50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).
*      Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.  Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.  Pengendalian: perbaiki sanitasi
kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).
b.      Penyakit
*      CVPD
Penyebab: Bacterium dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.  Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.  Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.
*      Tristeza
Penyebab: virus  Citrus tristeza  dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen. Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat. Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade.
*      Woody gall (Vein Enation)
Penyebab: virus  Citrus Vein Enation  dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun. Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.

*      Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.
*      Embun tepung
Penyebab: jamur  Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.   Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).
*      Kudis
Penyebab: jamur  Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
*      Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.  Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
*      Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.  Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.
*      Buah gugur prematur
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga  Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.  Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.
*      Jamur upas
Penyebab:  Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.  Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.
*      Kanker
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah. Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm.  Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.

    II.            PEMASALAHAN

A.    Kasus

Bapak Tumiran mempunyai pekarangan dengan luas ± 75 m² yang ditanami beberapa tanaman, seperti jeruk bali, kelengkeng, durian, dan rambutan. Pak Tumiran mendapatkan bibit tanaman-tanaman teresebut baik dari membeli bibit stek (durian) ataupun melalui pencangkokan (jeruk bali). Pada tanaman jeruk bali milik Bapak Tumiran telah berbuah, akan tetapi permukaan buah tidak rata dan terdapat benjolan-benjolan yang mengeluarkan cairan seperti getah. Selain itu, pada daun ditemukan ulat dan bercak kehitaman serta terdapat benang-benang putih seperti tepung. Hal yang sama terjadi pada batang yang kering, mengelupas dan terdapat tepung putih di permukaan batang.

B.     Identifikasi Masalah

Pada permukaan buah jeruk bali terdapat benjolan-benjolan yang mengeluarkan cairan seperti getah. Selain itu, pada daun ditemukan ulat dan bercak kehitaman serta benang-benang putih seperti tepung. Sedangkan batang tanaman tampak kering, mengelupas dan terdapat tepung putih di permukaannya.

C.     Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dapat diketahui beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah dalam kasus tersebut yaitu:
1.      Tanaman jeruk bali diduga terserang hama getah buah
Pada kasus tersebut yang sesuai dengan hasil observasi lapangan diketahui bahwa permukaan jeruk bali tidak halus dan rata dikarenakan adanya benjolan-benjolan yang mengeluarkan cairan bening seperti getah. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri tanaman jeruk yang terserang hama getah buah yang disebabkan oleh penggerek buah (Citripestis sagitiferella Moore). Ulat menggerek buah sampai ke daging buah, sehingga terlihat bekas lubang yang mengeluarkan getah seperti blendok, kadang-kadang tertutup dengan kotoran. Bagian buah yang terserang biasanya pada setengah bagian bawah dan apabila serangan parah buah akan busuk dan gugur.
2.      Tanaman jeruk bali diduga terserang penyakit blendok
Dalam hal ini, dugaan penyakit blendok menyerang tanaman jeruk bali tersebut terlihat dari batang tanaman tersebut. Penyakit blendok dapat disebabkan oleh jamur Diplodia natalensis ataupun jamur Phytophthora. Pada batang tanaman jeruk bali tersebut tampak kering dan kulitnya mengelupas. Selain itu, di beberapa tampak lembab dan tertutup oleh benang-benang putih seperti terinfeksi jamur. Hal tersebut sesuai dengan gejala tanaman jeruk yang terjangkit penyakit blendok yakni kulit ketiak cabang menghasilkan gom  yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
3.      Tanaman jeruk bali diduga terjangkit penyakit embun tepung
Tanaman jeruk diduga terjangkit penyakit embun tepung dapat dilihat dari adanya benang-benang putih seperti tepung yang dapat dikatakan sebagai embun tepung pada daun dan batang tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri tanaman yang terserang embun tepung yaitu adanya tepung putih pada daun dan tangkai muda suatu tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Odidium tingitanium yang tumbuh diluar jaringan tanaman, tetapi memasukkan organ pemakan (Haustorium) kedalam sel epidermis. Serangan mengakibatkan rusaknya jaringan epidermis daun dan buah yang tidak dapat sembuh kembali.
4.      Tanaman jeruk bali terserang oleh ulat daun
Berdasarkan hasil observasi ditemukan ulat daun yang terdapat pada daun tanaman jeruk bali. Hama ulat daun (Papilio sp) tersebut berada di atas permukaan daun tanaman tersebut. Ulat daun menyerang tanaman dengan memakan daun terutama pada saat masih muda.
5.       Tanaman jeruk bali diduga terserang kutu daun (Aphis gossypii)
Berdasarkan orbervasi ditemukan daun mengeriting dan agak bercak-bercak coklat serta terdapat seperti tepung yang berwarna putih. Hasil serangan ini menunjukan ciri-ciri yang diakibatkan oleh kutu daun (Aphis gossypii). Serangga ini bersifat polifag dan kosmopolitan, menyerang dengan cara menusuk dan mengisap cairan sel-sel epidermis dan mesofil daun dengan menggunakan stiletnya.

 III.            PENYELESAIAN

Untuk menangani beberapa kasus yang sesuai dengan analisi masalah tersebut diperlukan pengendalian yang tepat baik. Berikut merupakan beberpa cara pengendalian dari masalah tersebut antara lain:
1.      Pengendalian penggerek buah
Pengendalian hama getah buah dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.       Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan kepompong hama.
b.      Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak buah berumur 2 bulan.
c.       Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 cm.
d.      Konservasi musuh alaminya. Musuh alami hama ini berupa parasitoid telur Trichogramma nana. Pelepasan 500 parasitoid dewasa untuk tiap 4000 m2 dapat menekan populasi hama sehingga kerusakan buah berkurang 50-80%.
Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida yang aplikasinya dilakukan bersamaan dengan penetasan telur. Misalnya, insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
2.      Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.)
Pengendalian penyakit Blendok Phytophyta dapat dilakukan beberapa pengendalian sebagai berikut:
a.       Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora.
b.      Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm.
c.       Air hujan dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal batang tanaman.
d.      Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal batang.
e.       Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan drainase yang sebaik-baiknya.
f.       Bagian yang sakit dipotong.
g.       Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka.
3.      Penyakit Embun Tepung
Pengendalian penyakit embun tepung dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut ini:
a.       Kurangi kelembaban disekitar tajuk tanaman dengan melakukan pemangkasan.
b.      Gunakan ajir tunggal secara berdiri/tegak untuk masing-masing tanaman. Ajir yang berdiri menyebabkan sirkulasi udara pada tajuk tanaman di dalam baris lebih baik sehingga mengurangi kelembaban di sekitar tajuk.
c.       Jika tersedia, gunakan varietas yang tahan.
d.      Lakukan rotasi tanaman untuk memutuskan siklus hidup embun tepung. Rotasi dapat dilakukan dengan tanaman lain seperti sayuran daun, kacang kedelai, dan jagung.
e.       Sebagai langkah terakhir gunakan  fungisida secara bijaksana dengan mempertimbangkan faktor ekologis, ekonomis, dan praktis (tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu).
4.      Ulat Daun (Papilio sp.)
Pengendalian ulat daun (Papilio sp.) dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut:
a.       Monitoring dilakukan pada tunas-tunas muda (telur).
b.      Daun muda untuk larva dan daun tua untuk stadia kepompong.
c.       Pengendalian dilakukan secara mekanis apabila populasinya sedikit yaitu dengan membuang telur yang ada.
d.      Apabila populasinya tinggi dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang bersifat kontak.
5.      Kutu Daun (Aphis gossypii)
Pengendalian Kutu Daun (Aphis gossypii) dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut:
a.       Menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
b.      Dengan menggunakan cendawan Fusarium sp.

 IV.            KESIMPULAN

Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa tanaman jeruk bali milik pak tumiran terjangkit hama getah buah, penyakit blendok dan embun tepung, serta terserang hama kutu dan ulat daun. pengandalian yang dapat dilakukan baik secara mekanik, biologi, maupun kimiawi.

DAFTAR PUSTAKA


Khalsoven. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru - Van Hoeve. Jakarta. 701 halaman.
Trimirta. 2012. Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit. http://jikatrimitra.com/hortikultura/jeruk/167-hama-penyakit/298-jeruk%3Epengendalian-hama.html. Akses 2 November 2012.
Anonim. 2012. Sanitasi lahan. http://cacaoorganicfairtrade.blogspot.com/2011/07/sanitasi-kebun-kako.html diakses tanggal 10-11-2012


Hasil Diskusi Presentasi
1. Bayam dan Kangkung
- Agen hayati untuk mengendalikan ulat grayak dengan beberapa pengendalian seperti penanaman tidak serempak/ bersamaan, jika sudah terjadi serangan maka dapat dikendalikan secara mekanik, biologi maupun kimia. Aplikasi pengendalian mengguankan kimia seperti pestisida itu adalah jalan akhir, juka beberapa pengendalian diatas tidak mampu lagi. Namun, dosisnya perlu diperhatikan.
- Tanaman inang dari ulat grayak yaitu kangkung, padi, bayam, dan lain-lain
2. Jeruk Bali
- karakteristik penggerek buah (siklus hidup - menginfeksi, pola penyebarannya, faktor penyebaran). Ulat menggerek buah sampai ke daging buah, sehingga terlihat bekas lubang yang mengeluarkan getah dan apabila serangan parah buah akan busuk dan gugur. Serangan hama ini berumur 2-5 bulan dari jenis jeruk besar, manis dan Navel orange maupun siam terutama yang ditanam di dataran tinggi. Stadium hidup yang berperan sebagai hama adalah larvanya. Kupu betina meletakkan telur secara berkelompok, tersusun seperti genting pada separuh bagian bawah kulit buah. Telur menetas dalam 5-7 hari. Ulat yang baru menetas berwarna kuning kemerahan panjang 2 mm, menjelang menjadi kepompong berubah menjadi hijau dengan panjang 16 mm. Ulat dewasa terbentuk dalam waktu 13-21 hari. Dengan perantaraan benang suteranya, ulat-ulat ini turun, masuk dalam tanah pada kedalaman 1-2 cm menjadi kepompong berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 14 mm. Setelah 10-11 hari berubah menjadi kupu-kupu dewasa. Kupu betina panjangnya 10-11 mm sedangkan kupu jantan 10 mm. Siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung 29-39 hari. Di Indonesia hama ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.
- pencegahan penggerek buah, waktu pemangkasan tanaman itu kapan (ibuk: sebelum tanaman berbuah)
- pestisida penutup luka aplikgasinya dengan cara disemprotkan atau dioleskan pada luka.
3. hama ulat sundep & walang sangit tanaman padi
- perangkap walang sangit dengan tanaman rawa, seperti kangkung rawa, Eleocharis dulcis, Gluta renghas dan lain-lain.
4. nangka (lalat buah & kutu putih)
- tujuan sanitasi lahan adalah membersihkan kebun agar terlihat bersih dan enak dipandang, mengendalikan hama, jika kotor maka hama menjadi sarang bagi hama untuk berkembang biak, mengumpulkan sampah nangka untuk dijadikan pupuk kompos, seperti daun dan kulit buah sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kompos.
- siklus hidup dari kutu putih, gejala kutu putih: Telur menetas setelah 6-20 hari. Peletakan telur berlangsung selama 1 atau 2 minggu kemudian kutu betina mati. Nimfa muda menghisap cairan dari daun atau buah. Kutu putih bergerak lambat (Metcalf dan Flint, 1992).
Nimfa muda gerakannya lamban dan untuk tumbuh sampai dewasa memerlukan waktu 1-4 bulan. Bentuk kutu elips, berwarna coklat kekuningan, panjang ±3 mm, tertutup dengan massa putih seperti lilin yang bertepung. Sepanjang tepi badannya terdapat tonjolan terpanjang pada bagian belakang (Rukmana dan Sugandi, 2002).
Disamping itu, dari sifat biologisnya yang merusak tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman serta mengeluarkan racun, mengakibatkan terjadinya khlorosis, kerdil, malformasi daun, daun muda dan buah rontok, banyak menghasilkan eksudat berupa embun madu sampai menimbulkan kematian tanaman. Dengan demikian kutu putih ini memiliki potensi dapat merugikan ekonomis yang cukup tinggi (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010).
- jenis parasitoid untuk lalat buah adalah Bactrocera & kutu putih adalah Acerophagus.
5. keong mas & tikus (tanaman padi)
- musuh alami dari tikus adalah kucing, anjing. Anjing disini dapat menjadi musuh alami dikarenakan anjing termasuk hewan karnivora (pemakan daging). Biasanya juga anjing diikut sertakan dalam gropyokan karena penciuman anjing itu tajam. Sehingga selain menjadi musuh alami juga menjadi pelengkap bagi sistem pengendalian secara gropyokan.
6. jambu air
- cara mendatangkan musuh alami lalat buah. Dengan memindahkan sarang dari musuh alami lalat itu ke tanaman jambu air tersebut. Misalkan sarang semut langkrang.
- penyiangan hubungannya dengan kesuburan tanah. Hal ini pasti akan mempengaruhi tingkat kesuburan pada tanah, jika gulma tersebut tidak ada penyiangan maka tanaman utama dengan gulma akan mengalami kompetisi dalam perebutan unsur hara yang ada didalam tanah. Maka dengan penyiangan ini akan membantu dalam proses pertumbuhan dari tanaman jambu karena tidak ada kompetisi dalam perebutan unsur hara karena sudah ada pengendalian yaitu penyiangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar