Tugas Paper Teknologi
Budidaya Tanaman
“Hama Pada Tanaman Cabai Rawit”
Dosen pengampu :
Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP
Disusun oleh:
Akhmad Bustamil
20110210049
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADYAH YOGYAKARTA
A.
Pendahuluan
Tanaman
Cabai rawit ( Capsicum frutescens L.)
adalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan
capsaicin . Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya
kalori, protein, lemak, kabohidarat, kalsium , vitam in A, B1, dan vitamin C. Tahun
2008 sampai saat ini produksi cabai di Indonesia diperkirakan mencapai 1,311
juta ton (meningkat 26,14 % dibandingkan tahun 2007), terdiri dari jenis cabai
rawit besar 798,32 ribu ton (60,90 %) dan cabai rawit 512,67 ribu ton (39,10 %).
Daerah sentra produksi utama cabai rawit antara lain Jawa Barat (Garut,
Tasikmalaya, Ciamis, Sukabumi, Cianjur, dan Bandung); Jawa Tengah (Brebes, Magelang,
dan Temanggung); Jawa Timur (Malang, Banyuwangi). Sentra utama cabai keriting adalah
Bandung, Brebes, Rembang, Tuban, Rejanglebong, Solok, Tanah Datar, Karo, Simalungun,
Banyuasin, Pagar Alam .
Usahatani
cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik, tetapi untuk
mengusahakan tanaman cabai diperlukan keterampilan dan modal cukup memadai. Untuk
mengantisipasi kemungkinan kegagalan diperlukan keterampilan dalam penerapan pengetahuan
dan teknik budidaya cabai sesuai dengan daya dukung.
Hama
pada tanaman cabai mempunyai kedudukan dalam kegiatan berbudidaya. Tidak hanya
tanaman cabai saja, tanaman hortikultura lainnya juga mempunyai hal yang sama
dengan tanaman cabai. Hama disini akan sangat merugikan karena akan
mengakibatkan penurunan hasil pada tanaman cabai. Oleh karena itu, diperlukan
adanya perlindungan, baik secara preventif maupun secara kuratif.
B.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah:
1.
Dapat mengetahui
klasifikasi tanaman cabai rawit
2.
Dapat mengetahui
jenis-jenis dan siklus hidup hama pada tanaman cabai rawit
3.
Dapat mengetahui
cara pengendalian hama pada tanaman cabai rawit
C.
Metode
Metode yang digunakan untuk menelusuri pustaka
sumber yaitu dari searching internet dan pustaka buku.
D.
Hasil Penelusuran
1.
Myzus persicae (Kutu Daun)
ö Nama
spesies : Myzus persicae
ö Nama
daerah : Kutu daun
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo : Hemiptera
ö Tipe
mulut : Penghisap daun
ö Tanaman
inang : Cabai
ö Organ
sasaran : Menyerang tunas dan
daun muda
ö Stadia
hama merusak : Kutu Dewasa
ö Stadia
tanaman diserang : Terjadi pada awal musim kemarau (pada saat udara kering dan suhu tinggi)
ö Gejala
kerusakan :
Tanaman keriput, tumbuh kerdil, warna daun kekuningan,terpuntir, layu lalu mati
ö Klasifikasi
berdasar ekonomi : Polifag
ö Alternative
pengendalian : Kultur teknis,
fisik mekanis. Hayati dan kimia
2.
Trips parvispinus Karny. (hama trips daun)
ö Nama
spesies : Trips parvispinus
Karny.
ö Nama
daerah : Hama trips daun
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo : Thysanoptera
ö Tipe
mulut : Penghisap daun
dan buah
ö Tanaman
inang : Bawang merah, bawang
daun dan jenis bawang lainnya dan tomat (utama) dan tembakau, kopi, ubi jalar,
waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili crusiferae, crotalaria dan
kacang-kacangan
ö Organ
sasaran : Daun dan buah
ö Stadia
hama merusak : Larva Dewasa
ö Stadia
tanaman diserang : Tanaman
berbunga
ö Gejala
kerusakan :
Pada permukaan bawah daun berwarna keperak-perakan dan daun mengeriting atau
keriput.
ö Klasifikasi
berdasar ekonomi : Migran karena bersifat polifag
ö Alternative
pengendalian : Kultur teknis,
fisik/ mekanis, hayati dan kimia.
3.
Dacus sp. (Lalat Buah)
ö Nama
spesies : Dacus sp.
ö Nama
daerah : Lalat buah
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo : Diptera
ö Tipe
mulut : Pencucuk penghisap
ö Tanaman
inang : Cabai, dan buah-buahan,
seperti: mangga, kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing, sawo, jeruk, ketimun,
dan nangka.
ö Organ
sasaran : Buah
ö Stadia
hama merusak : Larva Dewasa
ö Stadia
tanaman diserang : Tanaman
sedang berbuah.
ö Gejala
kerusakan :
Bintik-bintik hitam pada buah, buah busuk dan bentuk buah tidak beraturan
ö Klasifkasi
berdasarkan ekonomi : Migrant karena
bersifat polifag
ö Alternative
pengendalian : Kultur teknis,
fisik/ mekanis, biologi, hayati dan kimia.
4.
Spodopthera Litura F (ulat grayak)
ö Nama spesies : Spodopthera Litura F
ö Nama
daerah : Ulat grayak
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo : Lepidotera
ö Tipe
mulut : Penggigit dan
pengunyah
ö Tanaman
inang : Cabe, padi, jagun,
tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, kentang, kacang-kacangan.
ö Organ
sasaran : Daun dan buah
ö Stadia
hama merusak : Larva atau ulat
ö Stadia
tanaman diserang : Tanaman muda
ö Gejalan
kerusakan : Daun
bagian atas transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja, tanaman gundul.
ö Klasifkasi
berdasarkan ekonomi : Polifag
ö Alternative
pengendalian : Kimia dan
non kimia
5.
Polyphagotarsonemus latus Banks.(tungau kuning)
ö Nama spesies : Polyphagotarsonemus latus Banks.
ö Nama
daerah : Tungau kuning
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo :
Acarina
ö Tipe
mulut : Penghisap
ö Tanaman
inang: cabe, tomat, karet, teh, kacang panjang, tembakau, jeruk, dan tanaman
hias.
ö Organ
sasaran : Cairan didalam tanaman.
ö Stadia
hama merusak : Dewasa
ö Stadia
tanaman diserang : Tanaman
berbunga
ö Gejalan
kerusakan : Perubahan
bentuk tanaman, perubahan warna pada tanaman, daun menebal, keriting atau
terpuntir, tunas dan bunga gugur.
ö Klasifkasi
berdasarkan ekonomi : Polifag
ö Alternative
pengendalian : Kultur teknis,
fisik/ mekanis, biologi, hayati dan kimia.
E.
Pembahasan
Tanaman
cabai rawit merupakan tanaman hortikultura (sayuran) yang buahnya dimanfaatkan untuk
keperluan aneka pangan. Tanaman cabai rawit tergolong dalam family
terung-terungan (solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim
atau tanaman berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu atau semak dengan
ketinggian mencapai 1,5 meter. Cabai rawit biasanya digunakan sebagai bumbu
dapur, yakni sebagai bahan penyedap untuk berbagai msakan, seperti sambal,
saus, acar, lalap, asinandan produk-produk kalengan.
Selain
digunakan sebagai penyedap masakan, cabai rawit juga dapat digunakan dalam pembuatan
ramuan obat-obatan, industry komestika, industry pewarna makanan, bahan
campuran untuk berbagai industry makanan dan minuman, serta penghasil minyak
asiri.
Dalam bidang peternakan saja, ekstrak bubuk cabai
digunakan sebagai campuran makanan ternak, terutama makanan burung ocehan,
burung hias dan ayam. Kemudian rsa pedas yang terkandung dalam cabai karena
adanya kandungan zat capsaicin yang dapat merangsang burung
untuk sering berkicau sedangkan bagi ayam sendiri agar ayam lebih cepat
bertelur.
Secara
umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori,
protein, lemak, kabohidarat, kalsium , vitam in A, B1, dan vitamin C. cabai
mengandung zat
X Klasifikasi tanaman cabai rawit
Dalam
sistematika suatu tumbuhan, tanaman cabai rawit dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisi
: Spermatophyte
(tumbuhan berbiji)
Subdivisi
:
Angiospermae ( biji dalam buah)
Kelas : Dicotyledoneae (biji
berkeping dua)
Ordo : Corolliforea
Family
:
Solanaceae
Genus
: Capsicum
Spesies
:
Capsicum frustescens L.
X Deskripsi dan morfologi tanaman cabai rawit
Secara
morfologi bagian-bagian tanaman dari dari tanaman cabai rawit dapat
didskripsikan sebagai berikut:
Ø Batang
Batang tanaman cabai rawit memiliki
struktur keras dan berkayu, berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus, dan
bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk
setelah batang tanaman maencapai ketinggian 30-45 cm. Cabang tanaman
beruas-ruas; setiap ruas ditumbuhi daundan tunas (cabang).
Ø Daun
Daunnya berbentuk bulat telur dengan
unjug runcing dan tepi daun rata (tidak bergerigi). Ukuran daun lebih kecil
dibandingkan dengan daun cabai besar.
Daunnya tunggal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun
menyirip dan tanggkai tunggal melekat pada batang atau cabang. Jumlah daun
cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun.
Gambar.
Daun Cabai Rawit (sumber:
www.google.co.id)
Ø Bunga
Bunganya tunggal yang berbentuk
seperti bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota bunga berwarna
putih. Penyerbukan bunganya termasuk penyerbukan sendiri (self pollinated
crop), namun dapat juga terjadi secara silang, dengan keberhasilan sekitar 56%.
Ø Buah
Buah cabai rawit akan terbentuk
setelah terjadi penyerbukan. Buah
memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah.
Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau
berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya. Biasanya cabai
memiliki ukuran panjang antara 2-2,5 cm. dan lebar 5 mm, sedangkan cabai rawit
yang agak besar bisa mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm.
Warna cabai rawit juga bervariasi,
seperti hijau atau putih saat masih muda dan biasanya berwarna merah menyala
atau merah jingga saat sudah masak. Saat masih muda rasa pedasnya masih kurang,
tetapi setelah masak menjadi pedas.
Gambar.
Buah Cabai Rawit (sumber:
www.google.co.id)
Ø Biji
Biji cabai rawit berwarna putih
kekuning-kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun berkelompok dan saling
melekat pada empulur. Ukuran cabai rawit lebih besar dibanding dengan cabai
besar.
Ø Akar
Perakarannya terdiri atas akar
tunggang yang tumbuh lurus ke bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke
samping (horizontal). Perakarannya tidak dalam sehingga dapat tumbuh dan
perkembang baik pada tanah yang gembur dan porous (mudah menyerap air).
X Jenis Cabe Rawit
Cabe rawit
sering juga disebut Hot Chili, cabe kecil atau “lombok jempling”. Seperti
halnya cabe besar, cabai rawit juga ada beberapa macam tetapi umumnya
dikelompokkan menjadi tiga jenis :
Ø Cabe kecil/mini/jemprit
Sesuai
dengan namanya bentuk buah cabe rawit ini kecil dan pendek, panjangnya hanya
1-2 cm saja. Buah muda biasanya berwarna hijau
dan berubah menjadi merah tua kecoklatan bila masak. Walaupun kecil tapi cabe rawit ini mempunyai
rasa paling pedas di antara semua cabe rawit.
Ø Cabe rawit putih
Cabe
rawit yang bentuk buahnya langsing dan mempunyai ukuran rata-rata 4-6 cm. Buahnya
berwarna kuning keputih-putihan bila masih muda dan berubah menjadi merah
kekuningan setelah masak. Menurut
beberapa pedagang, cabe rawit jenis ini paling enak bila digunakan sebagai
sambal bakso. Bahkan pabrik saus lebih
suka menggunakan cabe rawit putih ini, karena warna sausnya tidak kotor. Konsumen
di Jawa Timur paling menyukai jenis cabe rawit ini
Ø Cabe rawit hijau
Buah
cabe rawit hijau ini besar dan gemuk, dengan panjang sekitar 3 –4 cm. Sesuai dengan namanya, waktu muda buahnya
berwarna hijau tua dan berubah menjadi merah tua setelah masak Rasa dari cabe rawit hijau ini lebih pedas
dari cabe rawit putih , tetapi masih kalah dengan cabe rawit kecil. Umumnya
konsumen di Jakarta dan Bandung yang lebih menyukai cabe rawit ini.
X Pengendalian Hama pada Tanaman Cabai Rawit
Dalam
budidaya tanaman cabai rawit, banyak sekali jenis hama yang dapat menyerang dan
menyebabkan kerusakan. Hama yang menyerang tanaman cabai rawit hampir sama
dengan jenis tanaman cabai yang lain, seperti cabai merah, cabai paprika, dan
sebagainya. Jika tidak dikendalikan dengan baik, maka hama akan banyak
menimbulkan kerugian, antara lain sebagai berikut:
1. Menurunya hasil per satuan luas dan menurunnya mutu
buah
2. Terjadi infeksi penyakit sekunder yang ditimbulkan
sehingga kerusakan yang ditimbulkan
lebih banyak.
3. Meningkatnya biaya produksi
4. Menurunnya pendapatan atau keuntungan usaha tani
Perlindungan
tanaman terhadap hama akan berhasil baik apabila dilakukan dengan memperhatikan
gejala-gejala yang terjadi. Selain itu, serangan hama kadang pula mendadak
setiap saat. Sehingga saat ini, petani untuk mengendalikan hamanya dengan
menggunakan metode kimiawi yang pada dasarnya metode ini sangat tidak ramah
terhadap lingkungan. Metode kimiawi ini masih dilakukan karena masih belum ada
cara yang lebih efektif dan masih kurang pengetahuan petani tentang cara
efektif yang ramah lingkungan, seperti biopestisida yang sifatnya biodegradable. Residu yang ditimbulkan
oleh metode kimia ini adalah kematian organisme lain yang bukan sassarannya (hewan
predator, hewan yang membantu penyerbukan bunga, dan lain sebagainya).
Untuk
memperkecil atau mengurangi residu efek dari pengendalian hama dengan kimiawi,
dianjurkan pengendaliannya dengan sistem terpadu, yaitu penggabungan antara
pengendalian secara mekanis, biologis dan kimiawi. Namun pengendalian ini masih
dirasa belum efektif karena hama yang bersifar eksplosif (meluas) hanaa dapat
dikendalikan dengan kimawai saja.. Mungkin dapat dilakukan dengan metode kimia
tapi harus memperhatikan sebagai berikut:
1. Waktu yang tepat, yaitu keadaan yang sudah mendesak
dan penggunaan cara-cara lain yang tidak memungkinkan lagi.
2. Dosis yang tepat
3. Penggunaan pada luasan areal yang terserang saja
agak efeknya tidak menimbulkan pada tanaman yang lain.
4. Penggunaan pestisida secara selektif, yaitu tepat
sasaran.
Berbagai
jenis hama yang dapat menyerang tanaman cabai rawit antara lain sebagai berikut:
a) Kutu daun
Kutu
daun persik dapat menyebabkan kerugian secara langsung, yaitu mengisap cairan
tanaman. Tanaman yang terserang daunnya menjadi keriput dan terpuntir, dan
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (kerdil). Kerusakan pada daun muda yang menyebabkan
bentuk daun keriput menghadap ke bawah adalah ciri spesifik gangguan kutu daun.
Bagian daun bekas tempat isapan kutu daun berwarna kekuningan. Populasi kutu
daun yang tinggi dapat menyebabkan klorosis dan daun gugur, juga ukuran buah
menjadi lebih kecil. Kutu daun menghasilkan cairan embun madu yang dapat menjadi
tempat untuk pertumbuhan cendawan embun jelaga pada permukaan daun dan buah.
Selain
itu, kutu daun persik dapat menyebabkan kerugian secara tidak langsung, karena
perannya sebagai vektor penyakit virus. Penyakit virus yang dapat ditularkan
oleh kutu daun persik pada tanaman cabai merah, antara lain penyakit virus
menggulung daun kentang (PLRV) dan penyakit virus kentang Y (PVY).
Pada kondisi ekosistem yang masih seimbang, beberapa
musuh alami di lapangan sangat potensial dalam mengurangi populasi kutu daun.
Musuh alami tersebut antara lain parasitoid Aphidius sp., kumbang macan
Menochillus sp., dan larva Syrphidae, Ischiodon scutellaris .
Cara pengendalian :
Ø Secara mekanik dilakukan dengan pembersihan semua
gulma dan sisa tanaman inang kutu daun yang ada di sekitar areal pertanaman
cabai;
Ø Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat
mengurangi masuknya kutu daun dari luar pertanaman cabai;
Ø Pengaturan pola tanam, misalnya tumpangsari dengan bawang
daun, pola tumpang gilir dengan bawang merah, tanaman bawang dapat bersifat
sebagai pengusir hama kutu daun;
Ø Secara biologis dilakukan dengan pemanfaatan musuh
alami tersebut di atas;
Ø Pengendalian secara kimia dapat dilakukan pada
tingkat kerusakan daun/tanaman contoh sekitar 15 %, dengan insektisida yang
berbahan aktif fipronil atau diafenthiuron. Penyemprotan sebaiknya dilakukan
pada sore hari.
b) Trips parvispinus Karny. (hama
trips daun)
Hama
Thrips menyukai daun muda. Mula-mula daun yang terserang memperlihatkan gejala
noda keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari cara makan hama
tersebut. Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut berubah menjadi kecoklatan
terutama pada bagian tepi tulang daun. Daun-daun mengeriting ke arah atas. Pada
musim kemarau perkembangannya sangat cepat sehingga populasinya lebih tinggi.
Penyebarannya sangat terbantu oleh angin, karena Thrips dewasa tidak bisa
terbang dengan sempurna. Pada musim hujan populasinya relatif rendah karena
banyak Thrips yang m ati tercuci oleh curah hujan.
Pada
kondisi ekosistem yang masih seimbang, populasi hama Thrips di alam dikendalikan
oleh m usuh alami. Musuh alami hama Thrips yang potensial antara lain, kumbang
Coccinellidae, kepik Anthocoridae, kumbang Staphylinidae ,dan larvaChrysopidae.
Cara pengendalian :
Ø Secara mekanik dilakukan dengan pembersihan semua gulma
dan sisa tanaman inang hama Thrips yang ada di sekitar areal pertanaman cabai.
Ø Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mencegah hama
Thrips mencapai tanah untuk menjadi pupa sehingga daur hidup Thrips akan
terputus. Pemasangan mulsa jerami di musim kemarau akan meningkatkan populasi
predator didalam tanah yang pada akhirnya akan memangsa hama Thrips yang akan
berpupa di dalam tanah.
Ø Pengaturan pola tanam, misalnya pola tumpang gilir
dengan bawang merah akan menekan serangan hama Thrips pada tanaman cabai muda.
Ø Secara biologis dilakukan dengan pemanfaatan musuh
alami.
Ø Pengendalian secara kimia dapat dilakukan pada
tingkat kerusakan daun/tanaman contoh sekitar 15 %, dengan insektisida yang
berbahan aktif fipronil atau diafenthiuron. Penyemprotan sebaiknya dilakukan
pada sore hari.
c) Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus
latus Banks).
Gejala
umum adalah tepi daun keriting menghadap kebawah seperti bentuk sendok terbalik
dan terjadi penyempitan daun. Daun yang terserang berwarna keperakan pada
permukaan bawah daun. Daun menjadi menebal dan kaku, pertumbuhan pucuk tanaman
terhambat. Gejala ini tampak dalam waktu yang relatif cepat, 8 – 10 hari
setelah terinfeksi oleh beberapa ekor tungau, daun-daun akan menjadi cokelat.
Pada 4 - 5 hari kemudian pucuk-pucuk tanaman seperti terbakar dan pada serangan
yang
berat pucuk tanaman akan mati, buah cabai menjadi
kaku,
permukaan kasar dan bentuk terganggu. Serangan berat
terjadi pada
musim kemarau.
Cara pengendalian :
Ø Secara mekanik dilakukan dengan pembersihan semua
gulma dan sisa tanaman inang hama tungau. Diusahakan pertanaman cabai tidak
berdekatan dengan pertanaman singkong yang merupakan inang potensial hama tungau.
Ø Tanaman yang terserang berat dicabut atau
pucuk-pucuknya dipotong kemudian dikumpulkan dan dibakar.
Ø Pengendalian secara kimia dapat dilakukan pada
tingkat kerusakan daun/tanaman contoh sekitar 15 %, dengan menggunakan
akarisida, antara lain; yang berbahan aktif amitraz,
abamektin, dikofol, atau propargit.
d) Lalat buah (Dacus
sp.)
Gejala
serangan lalat buah pada buah cabai ditandai dengan ditemukannya titik hitam
pada pangkal buah. Jika buah dibelah, di dalamnya ditemukan larva lalat buah.
Serangga betina dewasa meletakkan telur didalam buah cabai, yaitu dengan cara
menusukkan ovipositornya pada pangkal buah muda (masih hijau). Selanjutnya
telur akan menetas menjadi larva didalam buah cabai sehingga buah membusuk dan
gugur. Serangan berat terjadi pada musim hujan. Hal ini disebabkan oleh bekas tusukan
ovipositor terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang terserang cepat
membusuk dan gugur.
Pada
siang hari, serangga dewasa sering dijumpai pada daun atau bunga cabai. Lalat
buah bersifat polifag, selain menyerang buah cabai juga menyerang buah lainnya
seperti mangga, belimbing, pisang, apel, dan jeruk. Larva yang panjang sekitar
6 - 8 mm, mampu melenting dengan lincah menggunakan ujung tubuhnya yang lancip.
Pada serangan lanjut, buah cabai akan gugur. Selanjutnya larva keluar dari buah
dan membentuk pupa di dalam tanah. menjadi
lalat buah baru.
Cara pengendalian :
Ø Secara mekanik dilakukan dengan mengumpulkan semua buah cabai yang rontok kemudian dibakar,
karena larva didalam buah cabai akan berubah jadi pupa yang akhirnya menjadi
lalat buah baru. Dengan cara ini, siklus hidup lalat buah akan terputus
Ø Penggunaan atraktan yang berbahan aktif metyl
eugenol , caranya diteteskan pada kapas dan dimasukkan ke dalam botol bekas air mineral. Penggunaan perangkap
ini dimaksudkan untuk menekan serangan lalat buah. Pemasangan perangkap ini
dilakukan sebulan setelah tanaman cabai ditanam. Jumlah perangkap yang
diperlukan 40 buah/ha, dengan dosis 1 ml/perangkap. Dua minggu sekali, perlu
ditambahkan lagi atraktan tersebut. Pemasangan atraktan ini dilakukan sampai
akhir panen.
Ø Penggunaan insektisida secara berselang-seling.
Insektisida yang dapat dipilih antara lain yang berbahan aktif alfa sipermetrin,
betasiflutrin, dan deltametrin .Penyemprotan dilakukan pada pagi hari ketika
sayap lalat buah masih basah sehingga menyulitkan dirinya untuk terbang. Untuk meningkatkan
efikasi insektisida dapat ditambah dengan bahan perekat perata.
e) Ulat Grayak (Spodopthera
litura F)
Spodopthera litura F sering dissebut juga Prodenia litura. Hama ini
dikalangan petani dikenal dengan nama ulat tentara atau ulat grayak (tobacco
caterpillar, common cutworm, dan armyworm) ulat grayak termasuk famili
Noctuidae, ordo lepidoptera, hama ini bersifat polifag.
Sayap
ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang
berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang
sejauh 5 kilometer. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2000 - 3000 telur.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar
melekat pada daun (kadang-kadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat
kekuning-kuningan diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25 - 500 butir)
yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur
tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung
ngengat betina.
Larva
mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna hitam
pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal
terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi
coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari
kemudian tergantung ketersediaan makanan, -larva menyebar dengan menggunakan
benang sutera dari mulutnya. Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang
lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya ulat berpindah ke
tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Warna dan perilaku ulat
instar terakhir mirip ulat tanah perbedaan hanya pada tanda bulan sabit,
berwarna hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2 minggu
panjang ulat sekitar 5 cm.
Ulat
berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna
coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30
- 60 hari (lama stadium telur 2 - 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20
- 46 hari, pupa 8 - 11 hari).
Larva
yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian
atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut
merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva berada di
permukaan bawah daun menyerang secara serentak berkelompok, serangan berat
dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat.
Serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau.
Hama
ini bersifat polifag, selain cabai tanaman inang lainnya yaitu kubis, padi,
jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, terung, kentang,
kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah), kangkung, bayam, pisang, tanaman hias
juga gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp.,
Clibadium sp. dan Trema sp.
Cara Pengendalian :
Ø Non kimiawi
Kultur teknik, antara lain melalui penerapan
pergiliran tanaman dan penanaman secara serempak (bersamaan) dalam sehamparan.
Ø Kimiawi
Menggunakan perangkap ngengat dengan Sex Pheromone
yang disebut Ugratas warna Merah untuk S. litura. Disemprot insektisida seperti
Orthene 75 SP 0,1%, Tamaron 200 LC 0,2% ataupun Hostathion 40 EC 0,2%.
F.
Kesimpulan
Tanaman
Cabai rawit ( Capsicum frutescens L.)
adalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan
capsaicin. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya
kalori, protein, lemak, kabohidarat, kalsium , vitam in A, B1, dan vitamin C.
Hama pada tanaman cabai mempunyai kedudukan yang penting bagi tanaman cabai.
Jika tidak ada tindakan untuk mengontrol tanaman maka dapat menimbulkan
kerugian bagi tanaman cabai dan petani cabai itu sendiri. Hama pada tanaman
cabai biasanya bersifat polifag, yaitu membutuhkan lebih dari satu tanaman
inang. Tipe mulut dari tanaman hama itu juga berbeda-beda sesuai dengan ordonya
masing-masing. Pengendalian hama yang dapat dilakukan yaitu dengan berbagai cara,
diantaranya adalah kultur teknis, fisik mekanis, hayati dan kimiawi.
Daftar Pustaka
Cahyono, B. 2007. Teknik Budi Daya dan Analisis
Usaha Tani Cabai Rawit. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Rifqi. 2012. Jenis cabai rawit. http://mrifqim.blogspot.com/2012/03/cara-membudidayakan-cabe-rawit-dari.html. diakses tanggal 8 Juni 2012
sukses selalu y???
BalasHapusterima kasih pak,.:)
BalasHapus