Halaman

Senin, 16 Januari 2012

makalah kaderisasi


KADERISASI DALAM MUHAMMADIYAH


Diajukan untuk memenuhi tugas Kemuhammadiyahan
Dosen : Ghofar Ismail, S.Ag, M.A












Disusun oleh :
Fuad Annas F. (20110210021)
Awalludin Fajri  (20110210037)
Akhmad Bustamil (20110210049)
                                                                                        

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011

 

A.    Pendahuluan
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan yang amal usahanya termasuk paling besar di Indonesia, bahkan di dunia. Agar tetap bisa berjalan dengan baik maka sudah menjadi konsekuensi logis jika Muhammadiyah harus bisa mengelola amal usahanya itu dengan proposional dan profesional. Untuk mengelola itu, setidaknya Muhammadiyah harus punya suatu sistem yang dapat menjalankannya dengan baik. Allah SWT berfirman :

Artinya :”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S An-Nisa : 9)

B.     Definisi Pengkaderan
Kader adalah istilah yang biasa digunakan dalam organisasi yang mempunyai arti orang yang bisa diharapkan bisa memegang peranan penting dalam suatu organisasi atau instansi pemerintah.
Pengkaderan merupakan proses atau pencarian kader yang secara struktural akan dimasukkan kedalam tubuh organisasi tersebut.

C.    Proses Pendidikan Kader
Proses kaderisasi dalam keluarga Muhammadiyah menjadi penting artinya, tidak saja untuk transformasi nilai-nilai Islam dan Muhammadiyah tetapi juga untuk melangsungkan kepemimpinan dan reorganisasi dalam Muhammadiyah. Sangat disayangkan bilamana ada tokoh atau pimpinan Muhammadiyah tetapi kemudian anak-anaknya tidak aktif di Muhammadiyah, jangankan menjadi pimpinan, menjadi anggota saja tidak.
1.      Pengkaderan dimulai dari rumah
Keluarga Muhammadiyah sebagaimana yang dipandukan dalam Pedoman Hidup Islami warga Muhammadiyah berkedudukan pertama, sebagai tiang utama kehidupan umat dan bangsa sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan, karenanya menjadi kewajiban setiap anggota Muhammadiyah untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah yang dikenal dengan keluarga sakinah. Kemudian yang kedua adalah agar keluarga-keluarga dilingkungan Muhammadiyah dituntut untuk benar-benar dapat mewujudkan Keluarga Sakinah yang terkait dengan pembentukan Gerakan Jama'ah dan da'wah Jamaah menuju terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Keluarga Muhammadiyah berfungsi antara lain dalam mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam juga melaksanakan fungsi kaderisasi sehingga anak-anak tumbuh menjadi generasi muslim Muhammadiyah yang dapat menjadi pelangsung dan penyempurna gerakan da'wah di kemudian hari, dan keluarga dilingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanan dalam mempraktikkan kehidupan yang Islami yakni tertanamnya kebaikan dan bergaul dengan saling menyayangi dan mengasihi, menghormati hak anak, saling menghargai dan menghormati antar anggota keluarga, memberikan pendidikan akhlak yang mulia secara paripurna, menjauhkan segenap anggota keluarga dari bencana siksa neraka, membiasakan bermusyawarah dalam menyelesaikan urusan , berbuat adil dan memelihara persamaan hak dan kewajiban serta menyantuni anggota keluarga yang tidak mampu.

2.      Mengarahkan anak menjadi kader
Dalam realitas keseharian warga Muhammadiyah banyak juga yang justru aktivitas anak-anaknya tidak terkontrol dengan baik. Jangankan mendekatkan diri dengan aktivitas dakwah seperti Muhammadiyah bahkan ada juga yang terlibat dengan pergaulan yang jauh dari nilai-nilai Islam.
Bagi seorang kader Muhammadiyah yang telah mengalami proses pendidikan dan pengemblengan dalam keluarganya sedemikian rupa sehingga kemudian dia betul-betul mengenal Muhammadiyah, beraktivitas dalam ortom Muhammadiyah akan menjadi mudah. Dengan demikianlah dia nanti bisa menggantikan posisi orangtuanya yang juga adalah tokoh Muhammadiyah. Maka mulailah kader tersebut menapaki aktivitasnya di Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul "Aisyiyah dan seterusnya menjadi kader andalan di persyarikatan Muhammadiyah. Dalam realitasnya tentu saja hal ini tidaklah mudah, ini memerlukan upaya yang terus menerus dari keluarga-keluarga Muhammadiyah dan juga pengontrolan dan evaluasi terus menerus.

D.    Kebijakan Muhammadiyah dalam Pengkaderan
Kebijakan yang dibuat oleh Muhammadiyah untuk melaksanakan kegiatan pengkaderan adalah sebagai berikut :
1.      Internalisasi Islam berkemajuan secara intensif, obyektif, mungkin juga komparatif, dialogis.
2.      Menafsirkan dan kontekstualisasi Ideologi.
3.      Muhammadiyah (Paham Agama, MKCH, Kepribadian) dalam bahasa yang populis.
4.      Kaderisasi melalui berbagai jalur profesi, keluarga, amal usaha (pendidikan, RS, Panti), dan kegiatan.
5.      Memperbanyak komunitas-komunitas kultural dan fungsional

E.     Hambatan Dalam Pengkaderan
Perlu dipahami bahwa pekerjaan untuk membentuk kader-kader yang militan ini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Banyak sekali hambatan yang dialami oleh Muhammadiyah, baik itu dari sisi internal maupun eksternalnya. Contoh kecil yang selama ini dapat kita lihat dan kita rasakan dari sisi internal adalah perebutan kader antara ortom yang satu dengan ortom yang lainnya.
Sebut saja antara kalangan ‘pelajar’ dengan kalangan ‘mahasiswa’. Meskipun sebenarnya sama-sama sebagai ortom Muhammadiyah yang notabene harus bisa sinergis dalam segala hal tetapi karena masing-masing mempertahankan ego-nya dan merasa dipihak yang paling benar maka friksi yang cukup tajam antara kedua ortom tersebut tidak bisa dihindari.
Selain itu, permasalahan internal juga dapat dilihat dari kader sekolah-sekolah Muhammadiyah. Setelah mereka lama dididik sampai menjadi ahli dalam organisasi, kemudian lulus sekolah dan masuk ke Perguruan Tinggi justru banyak diantara kadernya yang menyebrang ke lain organisasi dan meninggalkan Muhammadiyah begitu saja. Bisa jadi karena Muhammadiyah tidak bisa memberikan sesuatu yang berarti bagi mereka, tapi bisa juga karena mereka yang tidak punya komitmen dan loyalitas pada organisasi. Apapun alasannya, rasanya kurang sesuai dengan etika.
Hal seperti ini seharusnya menjadi koreksi bagi Muhammadiyah agar melakukan peninjauan kembali terhadap berbagai aturan yang selama ini diterapkan dalam ortom, karena tidak menutup kemungkinan terjadinya masalah ini justru karena memang ada aturan yang tidak jelas, kurang tegas, dan multitafsir.

F.     Solusi Mengatasi Hambatan Dalam Pengkaderan
Unuk mengatasi permaslahan yang telah disebutkan diatas maka, mulai sekarang semua ortom Muhammadiyah harus disinergiskan dan dikelolah dengan sebaik-baiknya agar sesuai dengan visi dan misi Muhammadiyah. Jangan sampai ortom berjalan sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi dan tujuan yang pasti.

Kita juga tidak dapat memungkiri bahwa di organisasi manapun pasti banyak kader yang punya kepentingan-kepentingan politik yang penuh dengan intrik, begitu juga di Muhammadiyah. Tetapi dengan adanya sistem perkaderan yang baik di Muhammadiyah, rasanya hal-hal yang seperti itu bisa diminimalisir, bahkan direduksi. Yang terpenting, semoga dilema pengkaderan ideal yang ada di Muhammadiyah sudah cukup sampai disini dan tidak akan terulang lagi di masa-masa yang akan datang.

G.    Penutup
1.      Kesimpulan
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial-agama yang sangat besar di Indonesia maupun di Dunia. Namun, keberadaanya tidak akan terlepas dari orang-orang yang berperan penting dalam menggerakan Muhammadiyah. Untuk tetap menjaga keberadaan dan meneruskan perjuangan Muhammadiyah diperlukan suatu proses yang dinamakan pengkaderan atau kaderisasi. Jadi, kegiatan Pengkaderan ini sangat penting dalam Muhammadiyah.

2.      Saran
Pada saat ini kader Muhammadiyah kurang berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Indonesia. 2011. Index Al Qur’an. http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/4. Akses 27 Desember 2011.

Mufid, A.M. Dilema Pengkaderan Ideal Muhammadiyah. .http://almalikulmufid.blogspot.com/2011/03/muhammadiyah-merupakan-salah-satu.html. Akses 27 Desember 2011.

Shohibul Anshor Siregar (Aktivis Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Cilacap, juga di LSM PSKL Pusaka Cilacap) http://www.muhammadiyah.or.id/content-45-det-jaringan-Muhammadiyah.html. Akses 7 Desember 2011.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar