Ahmet Büstamil
Jumat, 04 Januari 2013
Minggu, 16 Desember 2012
Kasus Hutan Jati di Wonogiri
Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman
Kasus Hutan Jati di Wonogiri
Dosen pengampu:
Ir. Agus Nugraha Setiawan, MP
Disusun oleh:
Akhmad Bustamil 20110210049
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2012
I. PENDAHULUAN
Hutan merupakan suatu asosiasi masyarakat
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang didominasi oleh pohon atau vegetasi berkayu,
yang mempunyai luasan tertentu sehingga dapat membentuk iklim mikro dan kondisi
ekologi yang spesifik. Hutan pada hakekatnya adalah salah satu faktor ekologi
di dalam sistem pendukung kehidupan makhluk hidup termasuk pendukung kehidupan
manusia.
Dalam rangka memanfaatkan hutan secara
optimal, pemerintah RI telah membagi kawasan hutan menjadi beberapa kategori
atau status, yaitu dari 120 ha kawasan hutan di Indonesia, 58 juta ha atau 48%
adalah kawasan hutan Produksi, 33,5 juta ha atau 28% merupakan kawasan Hutan
Lindung, 20,5 juta ha / 17% : kawasan Hutan Konservasi, dan 8 juta ha / 7% :
kawasan hutan yang dapat dikonversi (Paduserasi TGHK dan RTRWP, 1999). Tapi
dalam kenyataannya pembagian tersebut sulit diimplementasikan dengan baik. Berbagai
pelanggaran dan perusakan hutan terjadi di mana-mana, sehingga pembagian
tersebut hanya tertera dalam kertas.
Hutan
produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan
untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya serta pembangunan, industri,
dan ekspor pada khususnya. Hutan produksi dibagi menjadi tiga, yaitu hutan
produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP), dan hutan produksi yang
dapat dikonversikan (HPK).
Permasalahan
yang biasa dihadapi dalam hutan ini adalah masyarakat yang dengan sadar
menebang, mengambil hasil dari hutan tersebut tidak sesuai dengan kaidah.
Masyarakat sering mengambil hasil yang ada di hutan untuk kepentingan sendiri tanpa memikirkan dampak
akibat yang akan disebabkannya. Masyarakat merasa hutan adalah milik dari
masyarakat dan semua isinya harus diambil dengan seenaknya saja. Misalnya menebang
pohon untuk diambil kayunya tanpa mengganti dengan pohon baru, memotong
ranting-ranting pohon, dan lain sebagainya. Padahal hutan itu memiliki fungsi konservatif
yang sebenarnya mempunyai manfaat sebagai pengendali erosi, paru-paru dunia dan
penghasil oksigen, sebagainya. Selain itu, kurang
rasa memiliki terhadap hutan itu sendiri juga merupakan faktor yang menjadi
kendala dalam rangka pengelolaan hutan.
II. PERMASALAHAN
a.
Kasus hutan jati di wonogiri
Daerah
Pracimantoro dikenal sebagai daerah kering, dengan sumber air tergantung dari
curah hujan. Wilayah tersebut yang berada dalam pengelolaan dinas kehutanan dan
perkebunan kabupaten wonogiri, dimanfaatkan untuk penanaman tanaman Hutan jati
dan mahoni, yang umur panen yang cukup lama. Dengan tingkat pertumbuhan
pertanaman yang lambat, lahan yang baru dibuka potensial mengalami kerusakan
akibat faktor lingkungan. Berbekal pengalaman didaerah lain, lahan hutan yang
berada di lingkungan masyarakat umum sering kali mengalami kerusakan akibat
ulah masyarakat setempat yang tidak sesuai dengan kaidah. Bagaimana sebaiknya
pengelolaan lahan tersebut agar tetap produktif, namun juga konservatif?
b.
Analisis Masalah
Di daerah
Pracimantoro merupakan daerah lahan baru yang ditanami pohon jati dan mahoni.
Daerah ini dikenal sebagai daerah kering, yang mana lahan tersebut sangat
berpotensial pada kerusakan, seperti mudah erosi saat musim hujan. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri membuka lahan baru sebagai hutan produksi jati dan
mahoni. Selain itu, dalam permasalahan ini biasanya masyarakat disekitar hutan
itu sering kali melakukan tindakan yang dapat merusak hutan, seperti mengambil
ranting-ranting, dan kayu-kayu untuk dibuat sebagai kayu
bakar. Selain itu, masyarakat cenderung melakukan
eksploitasi terhadap hutan.
III. PEMBAHASAN
Pohon Jati
Pohon Jati adalah Sebuah Pohon sangat bermutu tinggi. Mempunyai
pohon dan daun yang besar dan bisa mencapai ketinggian 30-40 meter. Pohon Jati
bisa tumbuh didaerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan pada suhu 27
– 36 ° pada Dataran tinggi maupun dataran rendah. Tetapi Tanaman Jati bisa
tumbuh dengan baik pad tanah yang tidak banyak dibanjiri oleh air.
Pohon Jati biasanya mempunyai pertumbuhan yang lambat dibanding
pohon-pohon lainnya. Pohon jati mempunyai kualitas yang yang sangat baik. Tak
heran kalau kayu ini mempunyai harga yang mahal.
(Gambar pohon jati)
Secara umum, klasifikasi Tanaman Jati yaitu :
Kingdom :Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Divisi :
Pteridophyta
(paku-pakuan)
Kelas : Pteridopsida
Sub Kelas :
Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili :
Dryopteridaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona
grandis L.f.f
Syarat tumbuh Tanaman jati menurut
Dinas Pertanian adalah ditempat yang beriklim tropis, kalau di
Indonesia seperti seluruh pulau jawa, sebagian pulau sumatra, sulawesi
selatan, sulawesi tenggara, NTB dan maluku dengan Syarat Tumbuh Budidaya Pohon
Jati sebagai berikut: curah hujan 1500-2500mm/tahun, dapat di tanam pada bulan kering
2-4 bulan, Tinggi lokasi penanaman 10-1000 m dari permukaan laut, pohon jati
membutuhkan intensitas cahaya 75-100% denghan Ph tanah nya 4-8 dan pohon jati
dapat tumbuh pada jenis tanah lempung berpasir, hindari tanah becek/rawa dan
cadas
Dengan jarak tanam minimal sekitar 2,5 m x 3 m,
batang jati umur 1 tahun bisa mencapai tinggi antara 5 hingga 6 meter. Untuk
menanam jati diperlukan jarak tanam antara 2 sampai 3 meter. Dalam 1 ha bisa ditanam
sebanyak 900 - 1.100 pohon ke arah timur barat dan kearah utara selatan.
Kayu jati Biasanya banyak digunakan untuk
membuat perabot rumah tangga seperti almari,pintu,meja,kursi,dan lain-lain
sebagainya. Selain kayu, daun jati bisa dimanfaatkan sebagai pembungkus
makanan, dan lain-lain.
Tanaman
Mahoni
Tanaman mahoni merupakan tanaman
tahunan, dengan tinggi rata-rata 5 - 25 m (bahkan ada yang mencapai lebih dari
30 m), berakar tunggang dengan batang bulat, percabangan banyak, dan kayunya
bergetah. Daunnya berupa daun majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk
bulat telur, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulang menyirip
dengan panjang daun 3 - 15 cm. Daun yang masih muda berwarna merah dan setelah
tua berubah menjadi hijau. Bunga tanaman mahoni adalah bunga majemuk, tersusun
dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga silindris,
berwarna coklat muda. Kelopak bunganya lepas satu sama lain dengan bentuk
menyerupai sendok, berwarna hijau. Mahkota bunga silindris, berwarna kuning
kecoklatan. Benang sari melekat pada mahkota. Kepala sari berwarna putih/kuning
kecoklatan. Tanaman mahoni ini baru akan berbunga setelah usia 7 atau 8 tahun.
Setelah berbunga, tahap selanjutnya adalah berbuah. Buah mahoni merupakan buah
kotak dengan bentuk bulat telur berlekuk lima. Ketika buah masih berwarna
hijau, dan setelah besar berwarna coklat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk
pipih dengan ujung agak tebal dan warnanya coklat kehitaman. Buah yang sudah tua
kulit buahnya akan pecah dengan sendirinya.
(gambar. Pohon
dan buah mahoni)
Secara umum klasifikasi Tanaman
Mahoni yaitu:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub
Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : Swietenia mahagoni (L.) Jacq.
Mahoni dapat
tumbuh dengan subur di pasir payau dekat pantai, menyukai tempat yang cukup
sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan
hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama
berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi untuk
budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl,
curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C. Sistem penanaman dapat dilakukan dengan tumpang sari dengan setiap tahun dibuat
pergiliran tanaman palawija.
Jarak tanam 5 x
4 meter adalah jarak tanam yang paling baik bagi pertumbuhan pohon mahoni, tetapi bisa juga menggunakan jarak 4 x 4 m tergantung kondisi
lahan.
Pohon mahoni
bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut sebagai pohon
pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daunnya
bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan
melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar. Ketika
hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang jatuh,
sehingga menjadi cadangan air. Buah mahoni memiliki zat bernama flavonolds dan
saponins. Flavonolds sendiri dikenal berguna untuk melancarkan peredaran darah
sehingga para penderita penyakit yang menyebabkan tersumbatnya aliran darah
disarankan memakai buah ini sebagai obat. Khasiat flavonolds ini juga bisa
untuk mengurangi kolesterol, penimbunan lemak pada saluran darah, mengurangi
rasa sakit, pendarahan dan lebam, serta bertindak sebagai antioksidan untuk
menyingkirkan radikal bebas. Sementara itu, saponins memiliki khasiat sebagai
pencegah penyakit sampar, bisa juga untuk mengurangi lemak di badan, membantu
meningkatkan sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah, serta menguatkan
fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah.
Pola pertanaman dari jati dan mahoni itu dibuat secara berkelompok.
Artinya satu areal ditanami jati dan areal lain ditanami mahoni. Tidak bisa
ditamam acak-acakan karena sistem perakaran dari tanaman itu berbeda-beda, jika
di acak maka hasilnya pun tidak maksimal/ kurang produktif.
Beberapa alternatif solusi yang dapat dilakukan dalam
permasalahan tersebut sebagai berikut;
a. Untuk menghindari kerusakan pada lahan baru
dimusim hujan maka penanaman dapat dilakukan pada akhir musim kemarau, yaitu
sekitar 5-6 bulan pada musim kering. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat cukup
air sehingga kemungkinan besar hidup dan perakaran kuat pada musim hujan
sehingga dapat mengurangi erosi.
b. Untuk mencegah erosi ataupun kerusakan
lahan yang baru dibuka dengan cara menanam tanaman penutup tanah (cover crop)
yaitu seperti tanaman legum(tanaman kacang-kacangan). Selain untuk mencengah
erosi juga dapat menghasilkan/ produktif.
c. Agar masyarakat dapat menikmati dari lahan
tersebut, masyarakat dapat menanam tanaman tumpang sari pada sela-sela hutan
jati dan mahoni. Tanaman yang dapat digunakan adalah tanaman semusim, tanaman
palawija seperti jagung, padi darat, singkong, kacang-kacangan dan lain-lain.
d. Untuk mengairi tanaman pada awal tanam maka
dibuat tempat penampungan air hujan/ sumur-sumur pada saat musim hujan,
sehingga saat kemarau tanaman kecukupan air.
e. Melaksanakan sistem silvikultur. Silvikultur
adalah ilmu dan seni membangun dan memelihara hutan lewat pengetahuan dasar
silvika. Silvika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari sifat-sifat
ekologi individu pohon. Silvika menjadi
landasan bagi tindakan silvikultur terhadap hutan. Dalam merancang tindakan
silvikultur, ahli silvikultur mempertimbangkan atribut ekologi, ekonomi, sosial
dan administrasi serta manfaat yang ingin dicapai agar hutan berfungsi secara
lestari dan optimal (Soekotjo, 2009) .
Dari silvikultur dapat menggunakan sistem yang TPTI (SISTEM
SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA). artinya Pemanenan tebang pilih ini
adalah tebangan berdasarkan limit diameter tertentu pada jenis-jenis niagawi
dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati setempat. Beberapa tahap
kegiatan TPTI:
·
Penataan Areal Kerja (PAK)à Menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK, dilakukan
tidak lebih dari 4 tahun sebelum pemanenan, dan dibentuk sebagai satu bagian
hutan khusus untuk regime TPTI.
·
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
·
Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
·
Pemanenan
·
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan
·
Pembebasan Pohon Binaan
·
Perlindungan dan Pengamanan Hutan
Sehingga selain menguntungkan/produktif tetapi juga
konservatif karena jika yang ditebang maka akan diganti oleh pohon baru lagi.
f. Melakukan pendekatan kolaboratif dalam
pengelolaan hutan ini diharapkan akan memberikan beberapa dampak positif
berikut ini, yaitu:
Ø Program pembangunan hutan lebih aplikatif
sesuai dengan kondisi fiisik hutan, konteks sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat setempat, sehingga memenuhi fungsi kelestarian hutan dan pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
Ø Menciptakan rasa memiliki dan tanggung
jawab diantara semua pihak terkait dalam merencanakan dan melaksanakan program,
sehingga pelaksanaan program pembangunan hutan bisa berjalan efektif dan
berkesinambungan.
Ø Adanya transparansi dan keterbukaan dalam penyebaran informasi
dan wewenang yang jelas.
Ø Pelaksanaan program lebih terfokus pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan kelestarian sumber daya hutan.
Ø Sosialisasi dari dinas maupun pihak lain akan
pentingnya menjaga serta melestarikan hutan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa daerah Pracimantoro di Wonogiri merupakan lahan baru
dibuka yang memiliki lahan kering yang akan ditanam sebagai hutan produksi
tanaman jati dan mahoni namun tetap konservatif dan Dinas Kehutanan dan
Perkebunan mengusahakan agar masyarakat tatap menjaga. Adapun solusi yang dapat
dilakukan yaitu melakukan penanaman pohon jati dan mahoni pada awal musim
kemarau. Masyarakat dapat menaman tanaman
tumpang sari tanaman musiman agar mendapatkan pendapatan dari lahan di
hutan. Menanam
tanaman cover crop untuk pencegahan erosi dan untuk di ambil hasilnya. Melaksanakan
sistem silviklutur TPTI karena menggunakan sistem tebang pilih sehingga tetap
produksi namun juga konservatif. Untuk mengairi tanaman ditanah yang kering
maka dibuat tempat penampungan air hujan dengan dibuat sumur-sumur. Kemudian agar masyarakat dapat merasa
memiliki dan menjaga hutan tetap konservatif, selain diambil hasilnya, yaitu
dengan cara melakukan pendekatan kolaboratif dengan masyarakat.
Daftar Pustaka
Aji, mukti. 2009.
Pengelolaan hutan produksi.
http://mukti-aji.blogspot.com/2009/03/pengelolaan-hutan-produksi-bisakah.html.
diakses tanggal 26 November 2012
Anonim. 2011. Menanam jati.
http://www.harfam.co.id/berita/detail/21/Kiat-menanam-Jati. diakses tanggal 26 November
2012
Anonim. 2012. Manfaat mahoni. http://id.wikipedia.org/wiki/Mahoni#Manfaat.
Diakses tanggal 27 November 2012
Anonim. 2012. Silvikultur
TPTI http://www.silvikultur.com/sistem_silvikultur_TPTI.html diakses tanggal 1
desember 2012
Arief, A. 2012. Sistem
silvikultur. http://blog.ub.ac.id/abdurrachmanarief/2012/07/04/tahukah-anda-tentang-silvikutur/
diakses 1 Desember 2012
Susanto, jibril. 2010. Cara
budidaya pohon jabon. http://greentropicalforest.wordpress.com/2010/02/06/cara-budidaya-pohon-jabon/ diakses tanggal 26 November 2012
Sekilas tau. 2012. Sekilas pohon jati. http://sekilastau.blogspot.com/2012/09/pohon-jati.html.
diakses tanggal 26 November 2012
Langganan:
Postingan (Atom)